Jumat, 16 Juli 2010

Al Baqoroh ayat 74

AYAT 74: Tsumma qosat quluubukum min ba'di dzaalika fa hiya kal hijaaroti au a-syaddu qoswata, wa inna minal hijaaroti la maa yatafajjaru minhul anhaaru, wa inna minhaa lamaa yasysyaqqoqu fa yakhruju minhul maa-u, wa inna minhaa lamaa yahbi-thu min khosy-yatillaahi, wa maalloohu bi ghoofilin 'ammaa ta'maluuna
  • Tsumma = then/lalu
  • Qosaa = he became hard/dia telah mengeras → qosat = she became hard/dia telah mengeras → menjadi 'she' karena quluubukum berjenis kelamin perempuan, tanpa peduli tunggal/jamak
  • Qolbun = a heart/sebuah hati (jenis kelamin: wanita) → quluubun = hearts (bentuk jamaknya)
  • Kum = you-all/kalian → quluubun hilang tanwin jadi quluubu, berarti kum adalah mudlof ilaih (pemilik) dari quluubu
  • Min = from/dari
  • Ba'dun = after/setelah → min adalah preposisi, maka ba'dun majrur jadi ba'din
  • Dzaalika = that/itu → ba'din hilang tanwin jadi ba'di, berarti dzaalika adalah mudlof ilaih dari ba'di
  • Fa = then/lalu
  • Hiya = they/mereka (jenis kelamin: perempuan), yaitu mengacu pada quluubukum
  • Ka = like/seperti → hiya adalah mubtadak, kal hijaaroti adalah khobar, sehingga dalam terjemahannya ditambahkan kata "adalah"
  • Hajarun = a stone/sebuah batu (jenis kelamin: lelaki) → hijaarotun = a stone/sebuah batu (jenis kelamin: perempuan) → al-hijaarotu = THE stone (bentuk definitnya) → ka adalah preposisi, maka al-hijaarotu majrur jadi al-hijaaroti
  • Au = or/atau
  • Syadada = he strengthened/dia telah memperkuat → syadiidun = almighty/mahakuat → asyaddu = stronger/lebih kuat (ism tafdlil = comparatif/superlatif)
  • Qosaa = he became hard/dia telah mengeras → qoswatun = a hardness (tidak bisa diterjemahkan, karena kekerasan bukan hardness) → manshub, berarti posisinya adalah sebagai kata keterangan, yaitu jenis tamyiiz (spesifikasi), yaitu menjelaskan apanya yang asyaddu (lebih keras), sehingga qoswatan artinya in hardness/dalam hal kerasnya
  • Wa = dan
  • Inna = verily/sesungguhnya → berarti minal hijaaroti adalah ism inna, lamaa yatafajjaru minhul anhaaru adalah khobar inna
  • Min = from/dari → al-hijaaroti berawalan huruf vokal, maka min jadi mina → mina adalah preposisi, maka al-hijaarotu majrur jadi al-hijaaroti
  • La = surely/niscaya
  • Maa = one who/yang
  • Fajaro = he gushed forth/dia telah muncrat → tafajjaru (wazan 5: pasif dari causativenya) = he was gushed forth/dia telah terpancar → yatafajjaru = he is gushed forth/dia terpancar
  • Min = from/dari, hu = him/dia
  • Nahrun = a river/sebuah sungai (jenis kelamin: perempuan)→ anhaarun = rivers (bentuk jamaknya) → al-anhaaru = THE rivers (bentuk jamak definitnya)
  • Inna = verily/sesungguhnya → berarti minhaa adalah ism inna, la maa yasysyaqqoqu adalah khobar inna
  • Min = from/dari; haa = her/dia; la = surely/niscaya; maa = what/apa yang
  • Syaqoqu = he crossed/dia telah menyeberang → tasysyaqqoqu (wazan 5: pasif dari causative) = he splitted/dia telah membelah (made it be able to be crossed) → yasyaqqoqu = he splits/dia membelah
  • Khoroja = he went out/dia telah keluar → yakhruju = he goes out/dia keluar
  • Al-maa-u = THE water/air → marfu', berarti sebagai fa'il (subjek) dari yakhruju
  • Inna = verily/sesungguhnya → berarti minhaa adalah ism inna, la maa yahbi-thu adalah khobar inna
  • Haba-tho = he fell down/dia telah jatuh → yahbi-thu = he falls down/dia jatuh (fi'l mudloorik)
  • Khosya-a = he was humble/he was fearful/dia telah rendah hati/dia telah takut → khosy-yatun = fearful/takut (jenis kelamin = perempuan) → min adalah preposisi, maka khosy-yatun majrur jadi khosy-yatin
  • Allah majrur jadi allaahi, dan khosy-yatin hilang tanwin jadi khosy-yati, berarti Allah adalah mudlof ilaih (pemilik) dari khosy-yati
  • Wa = dan; maa → maa nafiyah (negasi)
  • Allah marfu' dalam bentuk alloohu, berarti posisinya adalah sebagai mubtadak (karena kata setelahnya bukan fi'l), dan kata setelahnya (bi ghoofilin 'ammaa ta'maluuna) adalah khobarnya.
  • Bi = with/dengan
  • Ghoofulu = he neglected/dia telah mengabaikan → ghoofilun = unaware/lengah → bi adalah preposisi, maka ghoofilun majrur jadi ghoofilin
  • 'An = of/dari; maa = what/apa yang → 'an+maa = 'ammaa
  • 'Amila = he did/dia telah melakukan → ta'maluuna = you-all do/kalian lakukan
Tsumma qosat quluubukum min ba'di dzaalika fa hiya kal hijaaroti au a-syaddu qoswata, wa inna minal hijaaroti la maa yatafajjaru minhul anhaaru, wa inna minhaa lamaa yasysyaqqoqu fa yakhruju minhul maa-u, wa inna minhaa lamaa yahbi-thu min khosy-yatillaahi, wa maalloohu bi ghoofilin 'ammaa ta'maluuna

Inggris: Then your hearts became hard after that, then they (your hearts) are like THE stone or mightier in hardness, and verily from THE stone is surely what THE river gush forth from it, and verily from her is surely what he splits, then THE water goes out from it, and verily from her is surely what falls down with fearful of Allah, and Allah is not unaware of what you-all do.
Indonesia: Lalu hati kalian telah mengeras setelah itu, lalu mereka (hati mereka) adalah seperti batu atau lebih kuat dalam hal kerasnya, dan sesungguhnya dari batu tersebut pasti terdapat apa yang sungai terpancar darinya, dan sesungguhnya darinya pastilah terdapat apa yang dia belah, lalu air keluar darinya, dan sesungguhnya darinya pastilah terdapat apa yang jatuh dengan rasa takut terhadap Allah, dan Allah tidak lengah dari apa yang kalian lakukan.

Tsumma qosat quluubukum min ba'di dzaalika

Tafsir Ibn Katsir: Allah mengecam Bani Isroil karena mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat tersebut, termasuk menghidupkan orang mati, tapi lalu hati mereka seperti batu, tidak pernah melunak. Inilah kenapa Allah melarang orang-orang yang percaya (beriman) untuk meniru Bani Isroil.

Al Hadiid 16: A lam yakni lilladziina aamanuu an takhsya'a quluubuhum (apakah belum datang waktu bagi orang-orang yang percaya (beriman) bahwa hati mereka menjadi humble) li dzikrillaahi wa maa nazala minal haqq (atas mengingat Allah dan (atas) apa yang telah turun dari sang kebenaran?) wa laa yakuunuu kalladziina uutul kitaaba min qoblu (dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya) fa thoola ‘alaihimul amadu (lalu ajal (term) telah diperpanjang bagi mereka) fa qosat quluubuhum (lalu hati mereka mengeras), wa ka-tsiirun minhum faasiquuna (dan banyak dari mereka adalah orang-orang fasiq (=penentang)).

Tafsir Ibn Katsir: Maksudnya, bukankah telah datang waktu untuk orang-orang yang percaya (beriman) untuk merasa humble (rendah hati) dengan mengingat Allah dan mendengar nasihat dari bacaan Quran, sehingga mereka bisa memahami Alqur-an dan tunduk kepadanya. Allah melarang orang yang percaya (beriman) meniru mereka yang pernah diberi kitab Allah, yaitu Yahudi dan Nasrani, yaitu yang mengubah kitab Allah yang mereka punya, lalu menjualnya untuk harga yang rendah, meninggalkan kitab Allah ke belakang, lalu malah terkesan dengan berbagai opini dan kepercayaan yang salah, dan menjadikan pemimpin agama mereka (kyai, ustad, pendeta, atau rahib) sebagai orang yang LEBIH mereka dengarkan dan turuti, ketimbang Allah, rosul, dan kitab Allah. Sehingga, hati mereka menjadi keras dan mereka tidak akan lagi bisa menerima nasihat. Hati mereka tidak akan menjadi rendah hati atas janji Allah.

Al Hadiid 17: I'lamuu annallooha yuhyil ardlo ba'da mautihaa (Kalian ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi setelah kematiannya), qod bayyannaa lakumul aayaati la'allakum ta'qiluuna (sungguh Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada kalian, semoga kalian punya otak!)

Tafsir Ibn Katsir: Allah lalu melunakkan hati setelah mengeras, menunjukkan orang-orang yang bingung setelah mereka tersesat, dan melegakan kesusahan setelah berusaha keras. Seperti halnya Allah menghidupkan orang mati dan mengembalikan bumi yang kering dengan mengirim hujan yang banyak, Allah menunjukkan hati yang mengeras dengan bukti dari Alqur-an. Pujian adalah untuk Allah, yang menunjukkan (ke jalan yang benar) kepada siapa yang Dia maui setelah dia tersesat, dan yang menyesatkan kepada siapa yang Dia maui setelah dia di jalan yang lurus.

Al Maa-idah 13: Fa bimaa naqdlihim miitsaaqohum (lalu karena mereka melanggar janji mereka) la'annaahum wa ja'alnaa quluubahum qoosiyatan (*Kami* melaknat mereka dan *Kami* menjadikan hati mereka mengeras), yuharrifuunal kalima 'an mawaa-dli'ihi (mereka mendistorsi perkataan dari tempat mereka) wa nasuu hadhdhon mimmaa dzukkiruu bihii (dan lupa dengan sebagian dari apa yang mereka diingatkan darinya) wa laa tazaalu taththoli'u 'alaa khoo-inatin minhum illaa qoliilan minhum (dan kalian tidak berhenti menemukan atas pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit dari mereka) Fa'fu'anhum washfah, innallooha yuhibbul muhsiniina (lalu maafkan mereka dan lihatlah (overlook), sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik)

Tafsir Ibn Katsir: karena mereka melanggar janji yang Allah ambil dari mereka, Allah melaknat mereka, menjauhkan mereka dari kebenaran dan petunjuk, dan mereka tidak akan menggubris nasihat yang mereka dengar karena kerasnya hati mereka. Mereka merubah kitab dari makna sebenarnya, dan mendistorsinya, lalu mengatakan bahwa Allah yang mengatakannya, padahal tidak.

Atsar Al 'Aufi: dari Ibn 'Abbas: saat mayat itu ditimpa dengan sebagian dari sapi betina, mayat itu berdiri dan menjadi lebih hidup daripada sebelumnya. Dia ditanya, "Siapa yang membunuhmu?" Dia berkata "Keponakan-keponakanku membunuhku", lalu dia mati lagi. Setelah Allah mengambil nyawanya lagi, keponakan-keponakannya berkata, "Demi Allah, Kami tidak membunuhnya" dan menyangkal kebenarannya, padahal mereka tahu itu.

Fa hiya kal hijaaroti au a-syaddu qoswata

Tafsir Ibn Katsir: Seiring waktu, hati Bani Isroil tidak mungkin untuk menerima teguran, bahkan setelah semua mukjizat dan tanda kekuasaan Allah yang mereka saksikan. Hati mereka menjadi lebih keras dari batu, tidak ada harapan untuk bisa melunak. Kadang, mata air dan sungai memecah batu-batu, beberapa batu terbelah dan air keluar dari belahan itu. Bahkan kalaupun tidak ada mata air atau sungai di sekitar batu itu, kadang batu jatuh dari puncak gunung, takut kepada Allah.

Wa inna minal hijaaroti la maa yatafajjaru minhul anhaaru, wa inna minhaa lamaa yasysyaqqoqu fa yakhruju minhul maa-u, wa inna minhaa lamaa yahbi-thu min khosy-yatillaahi

Atsar Muhammad bin Ishaq: dari Ibn 'Abbas: Beberapa batu lebih lunak daripada hati kalian.

Tafsir Ar Rozi dan Al Qurthubi: Batu sebagai makhluk yang humble (rendah hati) dan takut Allah, itu bukan metafora, tapi Allah memang menciptakan batu dengan sifat rendah hati.

Al Ahzab 72: Innaa 'arodlnal amaanata 'alas samaawaati wal ardli wal jibaali (sesungguhnya Kami telah menawarkan Al-Amanah kepada langit dan bumi dan gunung) fa abaina an yahmilnahaa wa asyfaqna minhaa (maka mereka menolak untuk memikulnya dan mereka takut darinya (dari amanat)) wa hamalahal insaan (dan manusia memikulnya), innahu kaana dholuuman jahuulan (sesungguhnya dia adalah dholim dan bodoh).

Atsar Al Aufi: dari Ibn 'Abbas: Al-Amanah, yaitu ketaatan, ditawarkan kepada bumi, langit, dan gunung sebelum kepada Adam, dan mereka tidak bisa memikulnya. Lalu Allah berkata kepada Adam, "Aku telah menawarkan Al Amanah kepada mereka dan mereka tidak bisa memikulnya, maukah kamu mengambilnya?" Adam berkata "Ya Robb, meliputi apa saja?" Dia berkata "Kalau kamu berbuat baik kamu akan diganjar, kalau kamu berbuat salah kamu akan dihukum." Lalu Adam mengambil dan memikulnya.

Atsar Ali bin Abi Tholhah: dari Ibn Abbas, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Adh Dhohhak, dan Al Hasan Al Bashri: Langit, bumi, dan gunung tidak mau memikul Al-Amanah, yaitu Al Faro'idl (kewajiban), dan mereka takut, bukan karena mereka ingin berbuat dosa, tapi karena mereka respek mereka terhadap agama Allah, mereka takut tidak bisa memenuhi kewajiban itu.

Al Isrook 44: Tusabbihu lahus samaawaatus sab'u wal ardlu wa man fiihinna (langit yang tujuh dan bumi dan apa yang di dalamnya bertasbih) wa in min syai-in illaa yusabbihu bi hamdihii (dan tidak ada sesuatu melainkan bertasbih dengan memujiNya) walaakin laa tafqohuuna tasbiihahum (tapi kalian tidak mengerti tasbih mereka), innahuu kaana haliiman ghofuuron (sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun Maha Pengampun).

Hadits shohih Bukhori: dari Ibn Mas'ud: Kami (Rosululloh juga) pernah mendengar tasbih dari makanan saat dia sedang dimakan.

Hadits shohih Imam Ahmad: dari Mu'adz bin Anas: Rosululloh mendatangi beberapa orang yang sedang duduk di atas tunggangan mereka dan saling bercakap-cakap. Dia berkata kepada mereka: Irkabuu haa saalimatan wa da'uu haa saalimatan (kalian kendarailah dia (tunggangan) dengan selamat, dan kalian tinggalkanlah dia dengan selamat) wa laa tatta-khidzuu haa karoosiyya li ahaadii-tsikum fith thuruqi wal aswaaqi (dan jangan kalian jadikan dia kursi untuk percakapan kalian di jalan dan pasar) fa rubba markuubatin khoirunmin rookibihaa (karena yang diduduki mungkin lebih baik daripada penumpangnya) wa aktsaru dzikron illaahi minhu (dan dia mungkin lebih banyak mengingat Allah daripada kalian)

Ar Rohmaan 6: Wan najmu wasy syajaru yasjudaan (Dan bintang dan pepohonan bersujud).

Al Hajj 18: A lam taro annallooha yasjudu lahu (Apakah kamu tidak melihat bahwa dia bersujud kepada Allah) man fis samaawaati wa man fil ardli ((dia adalah) barangsiapa di dalam langit dan barangsiapa di dalam bumi) wasy syamsu wal qomaru wan nujuumu wal jibaalu wasy syajaru (dan matahari, dan bulan, dan bintang, dan gunung, dan pohon) wad dawaabbu wa ka-tsiirun minan naasi (dan makhluk yang bergerak, dan banyak dari (golongan)manusia?)

Tafsir Ibn Katsir: Semuanya bersujud pada kekuasaanNya, ikhlas ataupun terpaksa, dan semua makhluk bersujud dengan cara yang sesuai dengan wujud alamiahnya. Allah menyebut bintang, bulan, dan bintang, karena mereka diibadahi, dan bukan Allah, padahal mereka juga bersujud kepada Pencipta mereka.

Hadits shohih Bukhori Muslim: dari Abu Dhorr: Rosululloh berkata kepadaku, A tadrii aina tadzhabu haadzihisy syamsu? (Apakah kamu tahu kemana perginya matahari ini?) Aku berkata, walloohu wa rusulihi 'alaam (Allah dan rosulNya lebih tahu), dia berkata: fa innahaa tadzhabu fa tasjudu tahtal 'arsyi (lalu sesungguhnya dia pergi dan bersujud di bawah Sang Tahta) tsumma tastakmiru (lalu dia menunggu perintah) fa yuu-syiku an yuqoola laharji'ii min haitsu jikta (lalu akan dikatakan kepadanya, "Kembalilah ke tempat kamu datang")

Hadits shohih At Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ibn Hibban: dari Ibn Abbas: Seorang lelaki datang dan berkata, "Wahai Rosululloh aku melihat diriku dalam mimpi tadi malam, seolah-olah aku sedang sholat di belakang pohon. Aku bersujud, dan pohon itu bersujud saat aku melakukannya, dan aku mendengarnya berkata, "Wahai Allah, tetapkan sebuah ganjaran kepadaku atas perbuatanku ini, dan hilangkan dosa dariku atas ini, simpanlah denganMu seperti Engkau menerima dari hambaMu Dawud" Rosululloh membacakan ayat yang menyebutkan sujud, lalu dia sujud, dan aku mendengarnya mengatakan kata-kata yang sama bahwa laki-laki itu mengatakannya bahwa pohon itu berbicara.

An Nahl 48-49: A wa lam yarou ilaa maa kholaqolloohu min syai-in (dan apakah mereka tidak melihat kepada apa yang Allah ciptakan dari sesuatu) yatafayya-uu dhilaaluhuu 'anil yamiini wasy syamaa-ili sujjudan lillaahi (yang bayangannya condong ke kanan dan ke kiri bersujud kepada Allah) wa hum daa-khiruuna (dan mereka rendah hati), wa lillaahi yasjudu maa fis samaawaati wa maa fil ardli (dan kepada Allah bersujudnya apa yang di dalam langit dan apa yang di dalam bumi) min daabbatin wal malaa-ikatu wa hum laa yastakbiruuna (dari hewan yang bergerak dan para malaikat dan mereka tidak takabur).

Atsar Mujahid, Qotadah, Adh Dhohhak: saat matahari melewati puncaknya, semuanya bersujud kepada Allah.

Tafsir Ibn Katsir: semua benda ber-islam (berlapang dada) kepadaNya dan semua ciptaan (makhluk hidup ataupun benda mati, juga manusia, jin, dan malaikat) semua humble (merendah) di hadapanNya. Semua yang punya bayangan yang condong ke kanan dan kiri, yaitu di pagi hari dan sore hari, bersujud kepada Allah.

Atsar Mujahid: sujudnya segala benda adalah bayangannya. Begitu pula gunung.

Atsar Abu Gholib Asy Syaibani: ombak adalah sholatnya laut.

Ar Ro'd 15: Wa lillaahi yasjudu man fis samaawaati wal ardli thou'an wa karhan (dan siapapun yang di dalam langit dan bumi bersujud kepada Allah dengan taat maupun terpaksa) wa dhilaaluhum bil ghuduwwi wal a-shooli (begitu pula bayangan mereka di (waktu) pagi dan sore)

Al Fushshilat 11: Qoolataa atainaa thoo-i'iina (mereka berdua telah berkata "Kami datang dengan taat")

Al Hasyr 21: Lau anzalnaa haadzal qur-aana 'alaa jabalin (seandainya *Kami* menurunkan Alqur-an ini kepada gunung) la ro-aitahu khoo-syi’an muta-shoddi’an min khosyatillaahi (pasti kamu akan melihatnya rendah diri terpecah remuk takut Allah), wa tilkal umtsalu nadlribuhaa linnaasi la'allahum yatafakkaruuna (dan itu adalah permisalan yang Kami mengeluarkannya kepada manusia, semoga mereka berpikir).

Tafsir Ibn Katsir: kalau gunung yang besar dan keras diberi kemampuan memahami dan mengerti Alqur-an, gunung akan humble dan hancur karena takut Allah, lalu bagaimana dengan kalian, wahai manusia? Kenapa hati kalian tidak lembut dan humble takut pada Allah, meskipun mengerti dan memahami kitabNya?

Hadits mutawatir: dari Al Hasan Al Bashri: Rosululloh menyuruh seseorang membuatkan mimbar. Sebelumnya, dia berdiri di sebelah batang pohon di dalam masjid untuk khutbah. Saat mimbar dibuat dan diletakkan dalam masjid, Rosululloh datang memberi ceramah dan melewati batang pohon, menuju mimbar, batang pohon itu mulai menangis seperti bayi. Pohon itu merindukan mendengar tentang mengingat Allah dan wahyu yang dibacakan di sebelahnya.

Atsar Al Hasan Al Bashri: kalian, manusia, harusnya lebih pantas merindukan Rosululloh daripada pohon itu.

Fushshilat 21: Wa qooluu li juluudihim (dan mereka berkata kepada kulit mereka) lima syahidtum 'alainaa ("Kenapa kalian bersaksi atas kami?") qooluu an-thoqonalloohul ladzii an-thoqo kulla syai-in (mereka berkata "Allah membuat kami berbicara, yang membuat berbicara setiap sesuatu)

Hadits shohih Bukhori dan Muslim: dari Anas bin Malik dan Abu Humaid As Sa'idi: Dan saat Rosululloh melihat Madinah gunung Uhud, dia berkata "Gunung ini mencintai kita dan kita mencintainya."

Hadits shohih Muslim: dari Jabir bin Samuro: Innii la a'rifu hajaron bi makkata (sesungguhnya aku benar-benar mengenali batu tersebut di Makkah) kaana yusallimu 'alayya qobla an ub'a-tsa (dia pernah mendoakan keselamatan kepadaku sebelum aku diangkat (jadi rosul)) innii la-a'rifuhul aana (sesungguhnya aku sekarang benar-benar mengenalinya)

Makna "au" pada kal hijaaroti au asyaddu qoswata

Tafsir Ibn Katsir: beberapa ahli bahasa Arab klasik terbagi 3 kubu:

1. Tidak setuju bahwa "au" berarti "atau" (yang menunjukkan keraguan), tapi "au" di sini artinya "dan"

Al Insaan 24: Wa laa tuthi' minhum aa-tsiman au kafuuron (dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang berdosa DAN orang-orang yang ingkar dari mereka)

Al Mursalaat 6: 'Udzron au nudzron ((untuk) menolak alasan DAN memberi peringatan)

2. "Au" artinya malahan

An Nisaak 77: Fa lammaa kutiba 'alaihimul qitaalu (lalu saat ditetapkan berperang atas mereka) idzaa fariiqun minhum yakhsyaunan naasa (tiba-tiba sebagian dari mereka takut manusia) ka khosy-yatillaahi au asyadda khosy-yah (seperti takut Allah MALAHAN lebih takut (dari itu))

Ash Shoffaat 147: Wa arsalnaahu ilaa mii-ati alfin au yaziiduuna (dan *Kami* mengutus dia kepada seratus ribu, malahan lebih)
An Najm 9: Fa kaana qooba qousaini au adnaa (maka dia adalah jaraknya dua busur panah, malahan lebih dekat)

3. Hati mereka ada 2 jenis, dan hanya 2 kemungkinan, seperti batu atau lebih keras

Al Baqoroh 17 dan 19: Matsaluhum kama-tsalil ladzis tauqoda naaron (permisalan mereka seperti orang yg menyalakan api) au ka shoyyibin minas samaak (atau seperti (ditimpa) hujan lebat dari langit)

An Nuur 39 dan 40: Walladziina kafaruu a’maaluhum ka saroobin (dan amal orang-orang yang ingkar seperti fatamorgana) au ka dhulumaatin fii bahrin lujjiyyi (atau seperti kegelapan di dalam lautan yang dalam)

Tidak ada komentar: