Selasa, 09 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 10

AYAT 10: Fii quluubihim marodlun fazaadahumulloohu marodlon, wa lahum ‘adzaabun aliim, bimaa kaanuu yakdzibuun

I'rob

  • Fii = in/di dalam
  • Qolbun = a heart/sebuah hati → quluubun = bentuk jamaknya/hearts → fii adalah preposisi, maka quluubun majrur jadi quluubin.
  • Hum = they/mereka → hum adalah mudlof ilaih (pemilik) dari quluubin, maka quluubin harus menghilangkan akhiran n jadi quluubi dan hum harus majrur menjadi him.
  • Marodlun = a disease/suatu penyakit → marodlun adalah khobar dan fii quluubihim adalah mubtadaknya, sehingga di terjemahannya diberikan "adalah".
  • Fa = then/lalu
  • Zaada = he increased/dia telah menambah (fi'l ma-dlii = past tense)
  • Allah marfu' (berakhiran "u"), maka Allah adalah fa'il (subjek) dari zaada.
  • Hum = they/mereka → posisinya adalah maf'ul (objek) dari zaada.
  • Marodlun manshub jadi marodlon, berarti marodlon adalah maf'ul kedua.
  • La = for/bagi
  • Hum = they/mereka
  • 'Adzaabun = a torment/sebuah siksaan
  • Alima = he got pain/dia telah sakit → aliimun = painful → 'adzaabun dan aliimun sama-sama naqiroh dan marfu', berarti aliimun adalah na'at (sifat) dari 'adzaabun, sehingga 'adzaabun aliimun diterjemakan: a painful torment → 'adzaabun aliimun adalah khobar, dan lahum adalah mubtadak, sehingga ditambahkan "adalah" di terjemahannya.
  • Bi = because/karena
  • Maa = what/apa yang (ism maushul = relative pronoun)
  • Kaanuu = they was/did → kaana yang mengandung ism kaana "mereka", berarti khobar kaana nya adalah yakdzibuuna.
  • Kadzaba = he lied/dia telah berbohong → yakdzibuuna = they lie/mereka berbohong (fi'l mudloriik = present tense) → karena kaanuu adalah fi’l ma-dlii, maka yakdzibuuna (sebagai khobar) haruslah past tense.

Fii quluubihim marodlun fa zaadahumulloohu marodlon wa lahum 'adzaabun aliimun bi maa kaanuu yakdzibuuna

Inggris: In their hearts is a disease, then Allah increased them a disease, and for them is a painful torment due to what they lied at.
Indonesia: Di dalam hati mereka adalah suatu penyakit, lalu Allah menambah mereka sebuah penyakit, dan bagi mereka adalah sebuah siksaan menyakitkan karena apa yang mereka dustakan.

Marodlun

Atsar As Suddi, Mujahid, Ikrimah, Al Hasan Al Bashri, Abul 'Aliyah, Ar Robi' bin Anas, dan Qotadah : dari Ibnu Abbas & Ibnu Mas'ud: yaitu keraguan.

Tafsir 'Abdurrohman bin Zaid bin Aslam: yaitu penyakit dalam agama, bukan penyakit fisik. Penyakitnya adalah keraguan terhadap Islam. Allah menambah penyakit mereka, yaitu meningkatkan keraguan mereka dengan perilaku yang memalukan.

At Taubah 124-125: Wa idzaa maa unzilat suurotun (Dan saat diturunkan suatu surat) fa minhum man yaquulu ayyukum zaadat hu haadzihi iimaanan (maka sebagian dari mereka (orang munafik) berkata "Manakah dari kalian yg imannya meningkat karena (turunnya surat) itu?"). Fa ammal ladziina aamanuu fa zaadat hum iimaanan wa hum yastabsyiruun (Maka bagi barangsiapa yang percaya, maka iman mereka telah meningkat, dan mereka bergembira) Wa ammal ladziina fii quluubihim marodlun (Dan bagi barangsiapa yang sebuah penyakit adalah dalam hatinya) fa zaadat hum rijsan ilaa rijsi him (maka (turunnya surat) itu akan menambah Rijs (keraguan) terhadap Rijs mereka) wa maatuu wa hum kaafiruun (Dan mereka akan mati dan mereka adalah orang yang ingkar)

Muhammad 17: Wal ladziinah tadau zaadahum hudan wa aataahum taqwaahum (Dan orang2 yg menerima petunjuk, Dia menambah petunjuk (untuk) mereka dan menambah ketaqwaan mereka)

Rosululloh tidak diberi tahu oleh Allah, siapa saja yang munafik

At Taubah 101: Wa mimman haulakum minal a'roobi munafiquuna (Dan beberapa (orang2) Arab disekitarmu adalah munafik) wa min ahlil madiinati maroduu ‘alan nifaaqi (dan dari penduduk Madinah ada yang bertahan dengan kemunafikannya) laa ta’lamuhum nahnu na’lamuhum (kamu tidak tahu mereka, (tapi) Kami tahu mereka). Sanu’adzdzibu hum marrotaini (Kami akan menghukum mereka dua kali) tsumma yurodduuna ilaa ‘adzaabin ‘adhiimi (lalu mereka akan dibawa ke siksaan yang besar)

Al Ahzaab 60-61: La in lam yantahil munaafiquuna wal ladziina fii quluubihim marodlun wal murjifuuna fil madiinati (sungguh jika orang2 munafik, orang2 yg suatu penyakit adalah dalam hatinya, dan orang2 yg menyebarkan berita bohong diantara orang2 di Madinah tidak berhenti) la nughriyannaka bihim (niscaya Kami perintahkan kamu menyerang mereka) tsumma laa yujaawiruunaka fiihaa illaa qoliilan (lalu mereka tidak menjadi tetanggamu di dalamnya, kecuali sedikit (saja)). Mal’uuniina (mereka terkutuk) ainamaa tsuqifuu ukhidzuu (dimanapun mereka dijumpai, mereka ditangkap) wa quttiluu taqtiilan (dan dibunuh secara dahsyat)

Rosululloh hanya diberi tahu ciri2 mereka dan dia hanya mengasumsikan bahwa orang2 tertentu punya ciri2 itu

Muhammad 30: Wa lau na-syaa-u (dan kalau Kami berkehendak) la aroinaaka hum (sungguh Kami menunjukkanmu (siapa saja) mereka) fa la’arofta hum bi siimaahum (maka sungguh kalian mengenal mereka dengan tanda2 mereka) Wa la ta’rifanna hum fii lahnil qoul (dan sungguh kalian mengenal mereka dalam lagu/tatabahasa perkataan (mereka)). Walloohu ya’lamu a’maalakum (Dan Alloh tahu semua perbuatan kalian).

Hanya 1 hadits yg menyatakan Rosululloh tahu siapa orang munafik itu.

Hadits Hudhoifah bin Al-Yaman: Rosululloh memberiku nama 14 orang munafik selama perang Tabuk. Mereka berencana membunuh Rosululloh pada malam hari di sebuah bukit. Mereka berencana menarik perhatian unta Rosululloh, sehingga Rosululloh terlempar ke lereng bukit. Allah memberitahu Rosululloh tentang rencana itu, dan Rosululloh memberitahu Hudhoifah nama mereka.

Tapi kenapa Rasulullah tidak mengambil tindakan tegas terhadap orang munafik?

Atsar Zaid bin Arqom: orang munafik paling terkenal saat itu adalah 'Abdullah bin Ubayy bin Salul.

Hadits Bukhori dan Muslim: dari Umar bin Khoththob: dari Rosululloh: Innii akrohu an tatahaddatsal ‘arobu anna muhammadan yaqtulu ash-haabah (Sesungguhnya aku tidak suka orang2 Arab memperbincangkan bahwa Muhammad membunuh sahabat2nya).

Hadits shohih Bukhori dan Muslim: dari 'Umar bin Al Khoththob: Saat Ibnu Salul mati, Rosululloh dipanggil untuk sholat jenasah baginya. Saat Rosululloh berdiri (untuk sholat) aku lompat kepadanya dan berkata "Wahai Rosululloh, apakah kamu mensholati Ibn Salul meskipun dia berkata begini-begitu di hari ini dan itu?" Aku terus menyebutkan perkataannya (Ibn Salul). Rosululloh tersenyum dan berkata "Menjauhlah dariku, wahai 'Umar". Tapi saat aku berkata terlalu banyak kepadanya, dia berkata: Inni khuyyirtu fakhtart (aku diberikan pilihan (untuk mensholatinya atau tidak), maka aku memilihnya) Lau a’lamu annii lau zidtu ‘alas sab’iina yughfaru lahu lazidt (kalau aku tahu dengan memohon (Allah untuk mengampuni Ibnu Salul) lebih dari 70 kali maka Dia akan mengampuninya, maka aku akan melakukannya lebih banyak dari itu). Maka Rosululloh sholat jenasah untuknya lalu pergi tapi dia tidak tinggal lama sebelum ayat Surat At Taubah 84 diturunkan: Wa laa tusholli 'alaa ahadin minhum maata abadan (dan janganlah kamu mensholatkan atas seseorang diantara mereka yang mati, selamanya) wa laa taqum 'alaa qobrihi (dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di atas kuburannya). Innahum kafaruu billaahi wa rosuulihii (sesungguhnya mereka telah ingkar kepada Allah dan rosulNya) wa maatuu wa hum faasiquun (dan mereka mati dan mereka (mati sebagai) orang-orang fasik). Kemudian aku heran betapa beraninya aku berkata seperti itu kepada Rosululloh dan Allah dan rosulNya yang lebih tahu.

Tidak ada komentar: