Selasa, 09 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 11-12

AYAT 11: Wa idzaa qiila lahum laa tufsiduu fil ardli qooluu innamaa nahnu mushlihuun.

I'rob

  • Wa = dan
  • Idzaa = when/saat → idz dan idzaa adalah dlorof zaman (keterangan waktu), dua-duanya bermakna saat/ketika, tapi idzaa membuat setelahnya jadi present tense, idz membuat setelahnya jadi past tense.
  • Qoola = he said/dia telah berkata → qiila = it was said by him (fi'l majhul = kata kerja pasif) → idzaa qiila = when it IS said by him (karena idzaa membuatnya present tense)
  • La = unto/kepada
  • Hum = they/mereka
  • Laalaa nahiyah (larangan)
  • Fasada = he made mischief/dia telah berbuat kerusakan → yufsiduu = you-all make mischief/kalian berbuat kerusakan → laa + yufsiduu = laa tufsiduu
  • Fii = di dalam
  • Al-ardlu = THE earth/bumi → fii adalah preposisi, maka al-ardlu majrur jadi al-ardli → laa tufsiduu fil ardli adalah naa-ibul faa'ilun (subjek kata kerja pasif) dari qiila lahum.
  • Qoola = he said/dia telah berkata → qooluu = they said/mereka telah berkata (fi’l ma-dlii = past tense) → berubah jadi present tense "mereka berkata" karena idzaa.
  • Innamaa = verily... only/sesungguhnya ... hanyalah → nahnu adalah ism inna, mushlihuuna adalah khobar inna → di terjemahannya diletakkan kata "adalah" setelah nahnu.
  • Nahnu = we/kami
  • Sholiha = he did good/dia telah berbuat baik → mushlihun = a pious man/orang baik (ism fa'il = yang me-) → muslihuuna = bentuk jamaknya/pious people
Wa idzaa qiila lahum laa tufsiduu fil ardli qoolu innama nahnu muslihuuna

Inggris: And when "Don't you-all make mischief on the earth" IS said to them, they say, "Surely, we are only pious people"
Indonesia: Dan saat "Kalian jangan berbuat kerusakan di bumi!" dikatakan kepada mereka, mereka berkata "Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang baik".

Fasada

Atsar As Suddi: dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud: Mereka adalah orang munafik, kerusakan yg diperbuat adalah keingkaran terhadap Islam dan kemaksiatan.

Atsar Abu Ja'far: dari Abul 'Aliyah: berbuat kerusakan artinya berbuat maksiat di bumi, yaitu melanggar perintah dan larangan Allah, karena kedamaian di bumi dan di langit tercipta karena ketaatan kepada Allah.

Tafsir Ibnu Jarir: orang munafik berbuat kerusakan di bumi dengan melanggar perintah dan larangan Allah, ragu2 terhadap Islam tapi bilang ke orang2 'tidak ragu2 terhadap Islam', mendukung orang yg tidak percaya kepada Allah, kitab2Nya, dan rosul2Nya.

Orang kafir jangan menjadi Aulia/Wali (penunjuk jalan hidup)?

Al Anfal 73: Walladziina kafaruu ba'dluhum auliyaa-u ba'dl (dan orang2 yang ingkar (kafir), sebagian mereka melindungi sebagian yg lain) Illaa taf'aluuhu takun fitnatun fil ardli fasaadun kabiir (jika kamu tidak melaksanakannya (saling melindungi sesama orang beriman) niscaya terjadi cobaan di bumi dan kerusakan yg besar).

An Nisaak 144-145: Yaa ayyuhal ladziina aamanuu (wahai orang2 yg percaya (beriman)) laa tatta-khidzul kaafiriina auliyaa-a min duunil mukminiin (janganlah kalian mengambil orang2 ingkar (kafir) sebagai wali ketimbang orang2 beriman/percaya). A turiiduuna an taj’aluu lillaahi ‘alaikum sulthoonan mubiin (Apakah kalian ingin bahwa kalian menjadikan alasan yg nyata bagi Allah (untuk hukuman) atas kalian?). Innal munaafiqiina fid darkil asfali minan naari (Sesungguhnya orang2 munafik adalah dalam tingkatan terbawah dari neraka) wa lan tajida lahum na-shiiron (dan kalian tidak mendapat penolong bagi mereka)

Tafsir Ibnu Katsir: Orang munafik menipu orang beriman dengan menampakkan seolah2 percaya pada Islam padahal mereka setia dan mendukung orang2 yg ingkar terhadap Islam.

Innama nahnu muslihuun

Tafsir Ibnu Katsir: mereka berteman dan berdamai dengan orang yang percaya (beriman) dan orang yang ingkar (kafir) ucapannya & menjadikan orang kafir sbg pemimpin (penunjuk jalan lurus kepada) orang beriman.


AYAT 12: Alaa innahum humul mufsiduuna wa laakin laa yasy’uruun

I'rob
  • A = apakah
  • Laalaa nafiyah (negator)
  • Inna = verily/sesungguhnya → hum adalah ism inna dan al-mufsiduuna adalah khobar inna → di terjemahannya ditambahkan "adalah".
  • Hum = they/mereka → hum pertama adalah ism inna, hum kedua adalah dlomir fasl (sebagai penguat)
  • Fasada = he made mischief/dia telah berbuat kerusakan → al-mufsidu = one who make mischief/orang yang berbuat kerusakan → al-mufsiduuna = bentuk jamaknya/those who make mischief/orang-orang yang berbuat kerusakan
  • Walaakin = but/tapi
  • Laa → laa nafiyah (negator)
  • Sya'aro = he perceived/dia telah merasa → yasy'uruuna = they perceive/mereka merasa (fi’l mudloorik = present tense)
A laa innahum humul mufsiduuna walaakin laa yasy’uruuna

Inggris: Don't verily they are those who make mischief but they don't perceive?
Indonesia: Bukankah sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan tapi mereka tidak merasa?

Laa yasy'uruuna

Tafsir Ibnu Katsir: perilaku orang munafik, meski dengan alasan perdamaian/ishlah, sesungguhnya adalah berbuat kerusakan, meskipun mereka tidak merasa bahwa mereka berbuat kerusakan.

Tidak ada komentar: