Senin, 22 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 16

AYAT 16: Ulaa-ikal ladziinasy tarowudl dlolaalata bil hudaa, famaa robihat tijaarotuhum wamaa kaanuu muhtadiin

I'rob

  • Ulaa-ika = those (ism isyaroh = kata tunjuk)
  • Alladziina = those who/yang (ism maushul = relative pronoun) → berarti kalimat setelahnya ingin dikatabendakan (yaitu isytarowudl dlolaalata bil hudaa) → berarti ulaa-ika adalah mubtadak, alladziina isytarowudl dlolaalata bil hudaa adalah khobar, sehingga dalam terjemahannya ditambahkan kata "adalah".
  • Syaroo = he bought/bartered/prefered/dia telah membeli → isytaroo (wazan 8: saling) = he bought each other → isytarowu = they bought each other/mereka telah saling membeli (fi’l ma-dlii = past tense)
  • Dlolla = he went ashtray/dia telah tersesat → Dlolaalatan = sebuah kesesatan/AN error (ism mashdar = gerund) → adl-dlolaalata = THE error
  • Bi = with/dengan
  • Hadaa = he guided/dia telah menunjukkan → hudan = a guidance/sebuah petunjuk (ism mashdar) → al hudaa = THE guidance
  • Fa = then/maka → karena ada hubungan sebab akibat antara sebelumnya dan sesudahnya
  • Maamaa nafiyah (negator) → maa sebagai negator hanya dipakai untuk fi’l ma-dlii.
  • Robiha = he profited/dia telah untung → robihat = she profited (fi’l ma-dlii)
  • Tajaro = he commerce/dia telah berdagang → tijaarotun = A commerce/sebuah perdagangan (ism mashdar), bergender perempuan, karena berakhiran tak marbuthoh → robihat adalah fi'l ma-dlii untuk perempuan dan tijaarotun juga perempuan, maka tak marbuthoh di tijaarotun harus berubah jadi tak taknis
  • Hum = they/mereka → hum adalah mudlof ilaih (pemilik) dari tijaarotun, maka tijaarotun harus menghilangkan tanwin jadi tijaarotu, hum harusnya majrur jadi him, tapi ternyata tetap hum, berarti tijaarotu dan hum adalah subjek dari robihat → tijaarotuhum menempati posisi "she" di robihat → maa robihat tijaarotuhum = their commerce didn't profit.
  • Wa = dan
  • Maa maa nafiyah (negator)
  • Kaanuu → kaana yang mengandung ism kaana "mereka" → muhtadiina adalah khobar kaana, klausa setelahnya jadi past tense, dan di terjemahannya ditambahkan "were".
  • Hadaa = he guided/dia telah menunjukkan → ihtadaa (wazan 8: saling/pasif) = he gained guidance/dia memperoleh petunjuk → muhtadu = A guidance gainer/seorang pemeroleh petunjuk (ism fa'il = pelaku) → muhtaduuna = guidance gainers (bentuk jamaknya) → karena muhtaduuna adalah khobar kaana, maka harus manshub jadi muhtadiina

Ulaa-ikal ladziinasy tarowudl dlolaalata bil hudaa, fa maa robihat tijaarotuhum wa maa kaanuu muhtadiin

Inggris: Those are those who barter/prefer THE error with THE guidance, then their commerce didn't profit and they were not guidance gainers.
Indonesia: Mereka adalah yang menjual kesesatan dengan petunjuk, lalu perdagangan mereka tidak untung dan mereka bukan para pemeroleh petunjuk.

Uulaa-ikal ladziinasy tarowudl dlolaalata bil hudaa

Atsar As Suddi (dari Ibnu Mas’ud) dan Qotadah: maksudnya, memilih kesesatan dan meninggalkan petunjuk.

Atsar Mujahid: maksudnya, mereka (awalnya) percaya (beriman), lalu ingkar (kafir).

Al Fushshilat 17: Wa ammaa tsamuudu fa hadainahum fastahabbul 'amaa 'alal hudaa (Dan adapun (kaum) Tsamud, Kami telah menunjukkan mereka (jalan yg benar), tapi mereka lebih suka kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk) fa akhodzat hum shoo'iqotul 'adzaabil huunii bimaa kaanuu yaksibuun (maka petir menyambar mereka sebagai adzab yg menghinakan karena apa yg telah mereka kerjakan)

Al Munaafiqun 3: Dzaalika bi annahum aamanuu tsumma kafaruu fa thubi'a 'alaa quluubihim fa hum laa yafqohuun (Itu karena sesungguhnya mereka telah percaya (beriman) lalu mereka ingkar (kafir), maka hati mereka dikunci sehingga mereka tidak bisa mengerti)

Fa maa robihat tijaarotuhum wa maa kaanuu muhtadiin

Tafsir Ibnu Katsir: perdagangan (menjual keimanan, membeli kesesatan) mereka tidak sukses (di dunia dan akhirat) dan mereka tidak mendapat petunjuk (ke jalan lurus).

Atsar Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim: dari Qotadah: Demi Allah aku telah menyaksikan mereka keluar dari petunjuk demi kesesatan, keluar dari jamaah (komunitas orang beriman) menuju perpecahan (sekte, partai, jamaah eksklusif), meninggalkan rasa aman demi rasa takut, meninggalkan sunnah (tradisi Rosululloh) demi bid’ah (inovasi dalam ibadah).

Tidak ada komentar: