Senin, 22 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 17-18

AYAT 17: Ma-tsaluhum kama-tsalil ladzis tauqoda naaron, falammaa adloo-at maa haulahuu dzahaballahu binuurihim watarokahum fii dhulumaatin laa yubshiruun.

I'rob

  • Matsalun = a parable/sebuah perumpamaan
  • Hum = they/mereka --> hum adalah mudlof ilaih dari matsalun, sehingga matsalun hilang tanwin jadi matsalu
  • Ka = like/seperti --> ka adalah preposisi, maka matsalun harus majrur jadi matsalin
  • Alladzii = one who/yang --> berarti klausa setelahnya ingin dibendakan, dan matsalin hilang tanwin jadi matsali --> berarti alladziis tauqoda naaron adalah mudlof ilaih dari matsali.
  • Waqoda = he kindled/dia telah menyala --> istauqoda (wazan 10: meminta agar 'menyala' dapat terjadi) = dia telah menyalakan/he kindled (fi’l ma-dlii = past tense)
  • Naarun = a fire/suatu api --> naarun manshub jadi naaron, berarti naaron adalah maf'ul dari istauqoda --> matsaluhum adalah mubtadak, kamatsalil ladzis tauqoda naaron adalah khobarnya, sehingga diberikan "adalah" dalam terjemahannya.
  • Fa = then/lalu
  • Lamma = when/saat --> hanya untuk past tense
  • Dloo-a = he brought to light/dia telah membawa cahaya --> a-dloo-a (wazan 4: causative) = he illuminated/dia telah menerangi --> a-dloo-at = she illuminated (fi'l ma-dlii) --> she di sini adalah naarun.
  • Maa = what/apa yang (ism maushul = relative pronoun)
  • Haula = surrounding/di sekitaran (biasanya berupa lingkaran)
  • Hu = him/dia
  • Dzahaba = he went out/dia telah pergi (fi’l ma-dlii)
  • Allah marfu' (berakhiran "u"), berarti Allah adalah fa'il (subjek) dari dzahaba.
  • Bi = with/dengan
  • Nuurun = a light/sebuah cahaya --> bi adalah preposisi, maka nuurun majrur jadi nuurin.
  • Hum = they/mereka --> hum majrur jadi him, nuurin hilang tanwin jadi nuuri, berarti hum adalah mudlof ilaih dari nuurin --> bi nuurihim adalah pelengkap dari dzahaba
  • Wa = dan
  • Taroka = he left/dia telah meninggalkan (fi’l ma-dlii)
  • Hum = they/mereka
  • Fii = in/di dalam
  • Dholima = he is dark/dia telah gelap --> dhulmatu/dhulumatu = a darkness/sebuah kegelapan --> dhulumaatun = bentuk jamaknya, darknesses --> fii adalah preposisi, maka dhulumaatun majrur jadi dhulumaatin.
  • Laa --> laa nafiyah (negator)
  • Bashuro = he saw/dia melihat --> abshoro (wazan 4: causative) = he could see/dia bisa melihat --> yubshiruuna = they could see/mereka bisa melihat (fi’l mudloorik = present tense)
Matsaluhum kamatsalil ladzis tauqoda naaron, fa lammaa a-dloo-at maa haulahu, dzahaballoohu bi nuurihim wa tarokahum fii dhulumaatin, laa yubshiruuna

Inggris: Their parable IS like A parable of one who kindled a fire, then when she (the fire) illuminate what surrounding him (the one who kindled it), Allah went with their light and He left them in darknesses, they couldn't see.
Indonesia: Perumpamaan mereka adalah seperti sebuah perumpamaannya orang yang telah menyalakan api, lalu saat dia (api) telah menerangi apa yang mengelilinginya (yang menyalakan api), Allah telah pergi dengan cahaya mereka dan Dia meninggalkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak bisa melihat.

Kenapa Allah membuat permisalan?

Al ‘Ankabuut 43: Wa tilkal amtsaalu nadlribuhaa linnaas (dan perumpamaan2 ini Kami buat untuk manusia) wa maa ya'qiluhaa illal 'aalimuun (dan tiada yg memahaminya kecuali orang2 yg berilmu)

Arti permisalan di ayat ini

Tafsir Ibnu Katsir: Orang munafik itu membeli kesesatan dengan menjual petunjuk, lalu menjadi buta, bagaikan orang yg menyalakan api. Waktu api menyinari sekitarnya, dia diuntungkan dan merasa aman, tiba2 api itu padam sehingga mereka berada dalam kegelapan, tidak bisa melihat & tidak mendapat petunjuk atau penuntun. Orang ini juga tidak bisa mendengar dan berkata-kata dan jika ada api, dia juga tidak bisa melihat.

Dzahaballoohu binuurihim

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menghilangkan apa yg menguntungkan untuk mereka, yaitu cahaya, lalu meninggalkan mereka dengan apa yg membahayakan mereka, yaitu kegelapan dan kabut.

Wa tarokahum fii dhulumaatin

Tafsir Ibnu Katsir: yaitu membiarkan mereka ragu2, tidak percaya, dan munafik.

Laa yubshiruuna

Tafsir Ibnu Katsir: yaitu tidak bisa menemukan jalan dan arah yg benar.


AYAT 18: Shummum bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun.

I'rob
  • Shummun = deaf/tuli
  • Bukmun = dumb/bisu
  • 'Umyun = blind/buta
  • Fa = then/lalu
  • Hum = they/mereka --> berfungsi sebagai 'athof (penguat).
  • Laa --> laa nafiyah (negator)
  • Roja'a = he returned/dia telah kembali --> yarji'uuna = they returned/mereka kembali (fi’l mudloorik = present tense)
Shummun bukmun 'umyun fa hum laa yarji'uuna

Inggris: Deaf, dumb, blind, then they don't return
Indonesia: Tuli, bisu, buta, lalu mereka tidak kembali

Shummun bukmun 'umyun

Tafsir Ibnu Katsir: Orang munafik itu tuli (tidak bisa mendengar petunjuk), bisu (tidak bisa mengatakan kata-kata yg menguntungkan mereka), dan buta (dalam kegelapan dan kesesatan)

Jadi yg tersesat hatinya atau matanya?

Al Hajj 46: Fa innahaa laa ta'mal abshooru wa lakin ta'mal quluubul latii fish shuduur (Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tapi hati yg di dalam dada yg buta)

Tidak ada komentar: