Selasa, 23 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 20

AYAT 20: Yakadul barqu yakhthofu abshoorohum. Kullamaa adloo-a lahum masyau fiih. Wa idzaa adhlama ‘alaihim qoomuu. Walaw syaa-allohu ladzahaba bisam’ihim wa abshoorihim. Innallaha ‘alaa kulli syai-in qodiir.

I'rob

  • Kaada = he was about to/dia hampir → Yakaadu = he is about to/dia hampir (fi’l mudloorik = present tense)
  • Baroqo = he shined/dia telah bercahaya → barqun = a lightning/sebuah kilat (ism masdar = gerund) → al-barqu = THE lightning → al-barqu marfu', berarti fa'il (subjek) dari yakaadu, menggantikan kata "dia".
  • Khothifa = he seized by force/dia telah merampas → yakhthofu = he seizes by force/dia merampas (fi’l mudloorik)
  • Bashuro = he saw/dia telah melihat → bashorun = a sight/sebuah penglihatan → abshoorun = bentuk jamaknya/sights → abshoorun manshub jadi abshooron, berarti merupakan maf'ul (objek) dari yakhthofu
  • Hum = they/mereka → abshooron hilang tanwin jadi abshooro, berarti hum adalah mudlof ilaih (pemilik) dari absooron → hum tidak majrur menjadi him karena abshoorohum tidak diawali preposisi.
  • Kullamaa = everytime/setiap kali → dhorf zamaan (keterangan waktu)
  • Dloo-a = he brought to light/dia telah bersinar → a-dloo-a (wazan 4: causative) = he flashed/dia telah jadi bersinar (fi’l ma-dlii = past tense)
  • La = for/bagi
  • Hum = they/mereka
  • Masyaa = he walked/dia telah berjalan → masyauu = they walked/mereka telah berjalan (fi'l ma-dlii)
  • Fii = in/didalam
  • Hu = he/dia → fii adalah preposisi, maka hu majrur jadi hi.
  • Wa = dan
  • Idzaa = when/saat → klausa setelahnya otomatis menjadi bentuk present tense
  • Dholima = it was dark/dia telah gelap → adhlama (wazan 4: causative) = he darkened/dia telah membuat jadi gelap (fi’l ma-dlii) → karena idzaa, maka diterjemahkan : he darkens → ada yang menerjemahkan he (the lightning), he (the dark cloud), dan He (Allah), dan belum ada kesepakatan mengenai itu.
  • 'Alaa = upon/atas
  • Hum = they/mereka
  • Qooma = he stood/dia telah berdiri → qoomuu = they stood/mereka telah berdiri (fi’l ma-dlii) → karena idzaa, berarti diterjemahkan: they stand/mereka berdiri
  • Wa = dan
  • Lau = if/kalau
  • Syaa-a = he willed/dia telah ingin (fi’l ma-dlii)
  • Allah marfu' (berakhiran "u"), berarti fa'il dari syaa-a, menggantikan posisi "he".
  • La = certainly/niscaya
  • Dzahaba = he went/dia telah pergi (fi'l ma-dli)
  • Bi = with/dengan
  • Sami’a = he heard/dia telah mendengar → sam’un = a hearing/sebuah pendengaran (ism masdar/gerund) → asmaa’un = bentuk jamaknya/hearings
  • Hum = they/mereka → bi adalah preposisi, maka sam'un dan hum majrur jadi sam'in dan him → him adalah mudlof ilaih (pemilik) dari sam'in, maka sam'in harus buang tanwin jadi sam'i → bi adalah preposisi, maka abshoorun dan hum majrur jadi abshoorin dan him → him adalah mudlof ilaih dari abshoorin, maka abshoorin harus buang tanwin jadi abshoori.
  • Inna = sesungguhnya → maka Allah adalah ism inna (dan Allah harus manshub jadi Allooha), dan 'alaa kulli syai-in qodiirun adalah khobar inna → di terjemahan, ditambahkan "adalah".
  • 'Alaa = atas/upon
  • Kullun = setiap
  • Syai-un = sesuatu → 'alaa adalah preposisi, maka kullun dan syai-un majrur jadi kullin dan syai-in → syai-in adalah mudlof ilaih (pemilik) dari kullin, kullin harus hilang tanwin jadi kulli.
  • Qodaro = he had power (dia telah menetapkan/menakdirkan) → qodiirun = Most Omnipotent (Maha Penakdir).

Yakaadul barqu yakhthofu abshoorohum, kullamaa a-dloo-a lahum masyauu fiihi, wa idzaa adhlama 'alaihim qoomuu, wa lau syaa-alloohu, la dzahaba bi sam'ihim wa abshoorihim, innallooha 'alaa kulli syai-in qodiirun

Inggris: THE lightning is about to seize their sightings by force, everytime he (the lightning) flashed upon them, they walked in it, and when he (Allah/the lightning/the dark cloud) darkens upon them, they stand, and if Allah willed, He surely went with their hearings and their sightings, verily, Allah is Most Omnipotent upon everything.
Indonesia: Sang kilat hampir merampas penglihatan mereka, setiap kali dia (sang kilat) telah menjadi bersinar kepada mereka, mereka telah berjalan di dalamnya, dan saat dia (Allah/sang kilat/sang awan hitam) membuat jadi gelap kepada mereka, mereka berdiri, dan jika Allah mau, pasti Dia telah pergi dengan pendengaran mereka dan penglihatan mereka, sesungguhnya Allah adalah Maha Penakdir atas segala sesuatu.

Yakaadul barqu yakhthofu abshoorohum

Tafsir Ibnu Katsir: karena kilat memang kuat dan karena lemahnya pemahaman sehingga tidak memungkinkan mereka untuk percaya (beriman).

Kullamaa a-dloo-a lahum masyauu fiihi

Atsar Ali bin Abi Tholhah: dari Ibnu Abbas: waktu orang munafik mendapat bagian dari kejayaan Islam, mereka puas, tapi waktu Islam mengalami malapetaka, mereka siap kembali kafir.

Al Hajj 11: Wa minan naasi man ya'budullooha 'alaa harf (dan di antara manusia barangsiapa menyembah Allah di tepian (tidak penuh keyakinan) fa in a-shoobahu khoirun ithma-anna bihi (maka jika dia mendapat kebaikan, dia tetap dalam keadaan itu) wa in a-shoobat-hu fitnatun inqolaba 'alaa wajhihi (dan jika dia mendapat fitnah (cobaan), dia berbalik ke belakang (kembali kafir)) khosirod dun-yaa wal aakhirooh (dia rugi dunia dan akhirat) dzaalika huwal khusroonul mubiin (demikian itu adalah kerugian yg nyata).

Atsar Muhammad bin Ishaq, Qotadah, Abul 'Aliyah, Al Hasan Al Bashri, Ar Robi' bin Anas, dan As Suddi: dari Ibnu Abbas: mereka tahu Islam jalan yg benar, dan mereka berbicara tentang itu dengan tulus, tapi waktu mereka kembali ingkar, mereka bingung.

Tafsir Ibnu Katsir: di hari pembalasan, Allah memberi cahaya sesuai tingkat keimanannya di Shiroothol Mustaqiim (jembatan di atas neraka). Ada yg cahayanya menerangi sampai beberapa mil, ada yg kurang, ada yg lebih dari itu. Ada cahaya yg kadang nyala kadang mati, sehingga ia kadang jalan kadang berhenti. Orang munafik tidak mendapat cahaya sama sekali.

Al Hadiid 12-13: Yauma tarol mukminiina wal mukminaati ((yaitu pada) hari kamu melihat lelaki beriman dan perempuan beriman) yas'aa nuuruhum baina aidiihim wa bi aimaanihim (cahaya mereka bersinar di depan mereka dan di kanan mereka) busyrookumul yauma jannatun tajrii min tahtihal anhaaru khoolidiina fiiha ((dikatakan pada mereka): Hari ini adalah berita gembira untuk kalian, (yaitu) surga yang mengalir dari bawahnya sungai2, mereka kekal di dalamnya) dzaalika huwal fauzul 'adhiim (demikianlah keuntungan yg besar). Yauma yaquulul munaafiquuna wal munaafiqootu lil ladziina aamanuu ((pada) hari lelaki munafik dan perempuan munafik berkata kepada orang2 yg beriman) indhuruunaa naqtabis min nuurikum (Tunggu kami, kami ingin mengambil dari cahaya kalian) qiilarji'uu waroo-akum fal tamisuu nuuron (dikatakan (kepada mereka): Kembalilah ke belakang kalian dan carilah cahaya (sendiri)) fa dluriba bainahum bi suurin lahuu baab (lalu diantara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu) baathinuhu fiihir rohmatu wa dhoohiruhu min qibalihil adzaab (didalamnya ada rahmat dan diluarnya ada azab).

At Tahriim 8: Yaa ayyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilalloohi taubatan na-shuuhan (wahai orang2 yg percaya (beriman), bertobatlah kepada Allah dengan tobat yg semurni-murninya) 'asaa robbukum an yukaffiro 'an kum sayyi-aatikum (semoga Robb-kalian menutupi kesalahan2 kalian) wa yudkhilakum jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru (dan memasukkan kalian ke surga yg mengalir di dalamnya sungai2) yauma laa yukhzillaahun nabiyya walladziina aamanuu ma'ahu (di hari Allah tidak menghinakan nabi dan orang2 yg percaya yang bersama dia) nuuruhum yas'aa baina aidiihim wa bi aimaanihim (cahaya mereka memancar di depan mereka dan di kanan mereka) yaquuluuna robbanaa atmim lanaa nuuronaa waghfir lanaa (mereka berkata: Robb kami, sempurnakan bagi kami cahaya kami dan ampuni kami) innaka 'alaa kulli syai-in qodiir (sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas setiap sesuatu)

Atsar Ibnu Abi Hatim: dari Ibnu Mas'ud: nuuruhum yas'aa baina aidiihim (cahaya memancar di depan mereka) artinya mereka akan melewati Shirotol Mustaqim berdasarkan amalnya. Cahayanya bisa sebesar gunung, bisa sebesar pohon kurma. Orang yg cahayanya paling sedikit adalah yg telunjuknya kadang2 bercahaya, kadang2 padam.

Atsar Ibnu Abi Hatim: dari Ibnu Abbas: setiap orang yg meng-esa-kan Allah (yang benar2 menerapkan iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin) akan mendapat cahaya di hari kebangkitan, dan cahaya orang munafik akan dipadamkan. Saat orang beriman melihat cahaya orang munafik padam, mereka cemas dan berdoa robbanaa atmim lanaa nuuronaa (Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami).

Atsar Adh Dhohhak: di hari kebangkitan, setiap orang yg beriman diberi cahaya. Saat sampai Shiroothol Mustaqiim, cahaya orang munafik akan padam, dan orang2 beriman akan cemas dan berdoa seperti di atas.

Jenis-jenis manusia

Tafsir Ibnu Katsir: manusia ada 3 golongan, percaya (beriman), ingkar (kafir), dan munafik (pura2 percaya, padahal hatinya ingkar). Orang munafik ada 2 jenis, yaitu munafik murni (perumpamaan api) dan separo munafik (cahaya keimanannya kadang menyala, kadang padam).

Al Hajj 3: Wa minan naasi man yujaadilu fillaahi bi ghoiri 'ilmin wa yattabi'u kulla syaithoonin mariid (dan di antara manusia ada yg membantah tentang Allah tanpa ilmu (kafir murni) dan hanya mengikuti para setan yg sangat jahat (kafir ikut-ikut)).

Al Hajj 8: Wa minan naasi man yujaadilu fillaahi bi ghoiri 'ilmin wa laa hudan wa laa kitaabin muniir (dan di antara manusia ada yg membantah tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab yg menerangkan).

An Nuur 39: Wal ladziina kafaruu a'maluhum ka saroobin bi qii'atin yahsabuhudh dhom-aanu maa-an hattaa idzaa jaa-ahu lam yajid-hu syai-an (dan orang2 yg kafir, amal2 mereka seperti fatamorgana di padang pasir, yg dikira air oleh orang2 yg haus, sehingga kalau didatangi mereka tidak mendapatkan sesuatu)

An Nuur 40: Au ka dhulumaatin fii bahrin lujjiyyin yaghsyaahu maujun min fauqihi maujun min fauqihi sahaabun (atau (keadaan orang2 kafir) seperti kegelapan didalam laut yg dalam, yg diliputi ombak di atas ombak, di atasnya lagi ada awan gelap) dhulumaatun ba'dluhaa fauqo ba'dlin (itulah gelap gulita yg berlapis-lapis) idz akhroja yadahu lam yakad yarooha (kalau dia mengeluarkan tangannya hampir dia tidak bisa melihatnya) wa man lam yaj'alillaahu lahu nuuron famaa lahuu min nuur (dan barangsiapa tidak diberi cahaya oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya)

Ayat 39 tentang orang kafir murni, ayat 40 tentang kafir ikut2.

Al Waaqi’ah 7-10: Wa kuntum azwaajan tsalaatsah (Dan kalian menjadi 3 golongan) fa ash-haabul maimanati maa ash-haabul maimanah (maka golongan (yg menerima buku catatan amal dengan tangan) kanan, betapa (mulianya) golongan kanan) wa ash-haabul masy-amati maa ash-haabul masy-amah (dan golongan kiri, betapa (sengsaranya) golongan kiri) was saabiquunas saabiquun (dan orang2 yg paling dahulu (beriman) mereka paling dahulu (masuk surga))

Jadi ada 3 golongan nanti di hari kiamat: Maimanah (golongan kanan), Masy-amah (golongan kiri), dan Assaabiquun (orang2 yg paling dahulu (beriman))

Al Waqiah 88-94: Fa ammaa in kaana minal muqorrobiin (maka adapun jika dia (orang mati) adalah tergolong orang2 yg didekatkan) fa rouhun wa roihaanun wa jannatu na'iim (maka (dia mendapat) ketenteraman, kepuasan dan surga (yg penuh) kenikmatan) wa ammaa in kaana min ash-haabil yamiin (dan adapun jika dia adalah tergolong golongan kanan) fa salaamun laka min ash-haabil yamiin (maka bagimu adalah keselamatan (karena kamu) dari golongan kanan)) wa ammaa in kaana minal mukadzdzibiinadl dloolliin (dan adapun jika dia tergolong orang2 yg mendustakan (dan) orang2 sesat) fa nuzulun min hamiim (maka (dia mendapat) hidangan dari air mendidih) wa tashliyatu jahiim (dan (dia) dimasukkan neraka).

Menurut ayat-ayat ini ada 3 golongan: Muqorrobiin (orang yg didekatkan kepada Allah), Ashaabul Yamiin (golongan kanan), dan Mukadzdzibiina (orang2 yg mendustakan)

Al Insaan 3: Innaa hadainaahus sabiila immaa syaakiron wa immaa kafuuron (sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan lurus, ada yg bersyukur dan ada pula yg kafir)

Tafsir Ibnu Katsir: Orang beriman ada 2 (muqorrobiin dan abror (orang soleh)), orang kafir ada 2 (sesungguhnya dan ikut2), orang munafik ada 2 (murni munafik dan sedikit munafik).

Hadits Bukhori & Muslim: dari Abdullah bin Amr: dari Rosululloh: Tsalaatsun man kunna fiihi kaana munaafiqon khoolishon (Tiga hal, barangsiapa ketiganya ada di dalamnya, jadilah ia munafik murni) wa man kaanat fiihi waahidatun minhunna kaanat fiihi khoshlatun minan nafaaqi hattaa yada'ahaa (dan barangsiapa salah satu ada di dalamnya, maka pada dirinya ada satu sifat kemunafikan sehingga ia meninggalkannya) man idzaa haddatsa kadzab (barangsiapa kalau berkata berdusta) wa idzaa wa’ada akhlafa (dan kalau berjanji (dia) khilaf) wa idzaktumina khoona (dan kalau dipercaya berkhianat)

Tafsir Ibnu Katsir: Setiap orang bisa punya sebagian iman, sebagian munafik baik perbuatan atau dalam hati saja.

Hadits jayyid hasan Imam Ahmad: dari Abu Sa'id: dari Rosululloh: Alquluubu arba'ah (hati itu ada 4 (macam)) qulbun ajrodu fiihi mitslus sirooji yazharu (hati yg bersih yg di dalamnya ada semacam lampu yg bersinar) wa qolbun aghlafu marbuuthun 'alaa ghilaafihi (hati yg tertutup dengan tali terikat disekitar tutupannya) wa qolbun mankuusun (hati yg berbalik) wa qolbun mushfahun (dan hati yg berlapis) fa ammal qolbul ajrodu fa qolbul mukmini (maka adapun hati yg bersih maka (adalah) hati orang mukmin) fa siroojuhu fiihi nuuruhu (dan lampu yg di dalamnya adalah cahayanya) wa amml qolbul aghlafu fa qolbul kaafiri (dan hati yg tertutup adalah hati orang kafir) wa ammal qolbul mankuusu fa qolbul munaafiqil khoolishi 'arofa tsumma ankaro (dan hati yg berbalik adalah hati orang munafik (murni), ia tahu Islam lalu ingkar) wa ammal qolbul mushfahu fa qolbun fiihi iimaanun wa nifaaqun (dan hati yg berlapis adalah hati yg di dalamnya ada iman dan kemunafikan) wa matsalul iimaani fiihi kamatsalil baqlati yamudduhal maa-uth thoyyibu (dan perumpamaan iman didalamnya adalah seperti sayuran disiram air bersih) wa matsalun nifaaqi fiihi kamatsalil qurhati yamudduhal qoihu waddamu (dan perumpamaan kemunafikan didalamnya adalah seperti luka yg dilumuri nanah & darah) fa ayyul maaddataini gholabat 'alal ukhroo gholabat 'alaih (dan mana di antara keduanya (iman vs kemunafikan) yg mengalahkan yg lainnya, maka dialah yg mendominasi).

Wa lau syaa-alloohu, la dzahaba bi sam’ihim wa abshoorihim

Atsar Muhammad bin Ishaq: dari Ibnu Abbas: pendengaran dan penglihatan mereka berhak diambil Allah karena mereka meninggalkan kebenaran setelah mengetahuinya.

Innallooha ‘alaa kulli syai-in qodiirun

Atsar Ibnu Abbas: Allah berkuasa menghukum dan mengampuni hambaNya kalau Dia berkehendak

Tafsir Ibnu Jarir dan Qurthubi: "au" (atau) di ayat 18 dan 19 maksudnya "dan" (yaitu dua-duanya perumpamaan itu sama saja, orang munafik bisa digambarkan di ayat 18 dan 19).

Tapi Tafsir Ibnu Katsir: "au" (atau) disini maksudnya "ada dua jenis" (perumpamaan ayat 18 adalah munafik murni, perumpamaan ayat 19 adalah munafik yg masih ada imannya).

Tidak ada komentar: