Selasa, 02 Desember 2008

Al Baqoroh ayat 6-7

Ayat 6: Innal ladziina kafaru sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum am lam tundzirhum laa yu’minuun

I'rob

  • Inna = verily/sesungguhnya → Kata2 setelah inna selalu ism inna (yaitu alladziina kafaruu) dan khobar inna (yaitu sawaa-un 'alaihim), dan dalam terjemahan ditambahkan "adalah".
  • Alladziina → karena ism inna harus kata benda dan kafaruu adalah klausa (subjek-predikat), sehingga harus ada ism maushul (relative pronoun) → harus jamak karena subjek kafaruu adalah jamak.
  • Kafaro = he disbelieved/dia telah tidak percaya → kafaruu = they disbelieved/mereka telah tidak percaya (fi’l ma-dlii =past tense)
  • Sawaa (berakhiran "y" bertujuan memanjangkan "a") = he was alike/dia telah serupa → sawaa-un = serupa
  • 'Alaa = upon/atas
  • Hum = them/mereka → 'alaa adalah preposisi, maka hum majrur jadi him 'alaa+him = 'alaihim
  • A (hamzah) = apakah (mengubah kalimat berikutnya jadi kalimat tanya)
  • Nadziro = he was careful/dia telah berhati-hati → andzaro (wazan 4: causative) = he warned/dia telah memperingatkan → andzarta = you warned/kamu telah memperingatkan (fi’l ma-dlii).
  • Hum = them/mereka (maf'ul=objek)
  • Am = or/atau → Am membuat klausa setelahnya mengikuti klausa sebelumnya (yaitu berupa pertanyaan juga).
  • Andzaro = he warned/dia telah memperingatkan → tundziru = you warn/kamu memperingatkan (fi'l mudloorik = present tense) → Lam + tundziru = lam tundzir (majzum karena lam)
  • Laa laa nafiyah (negasi) untuk klausa berikutnya
  • Aamana = he believed/dia telah percaya → yukminuuna = they believe/mereka percaya (fi'l mudloorik)

Innal ladziina kafaruu sawaa-un 'alaihim a andzartahum am lam tundzirhum laa yukminuuna

Inggris: Verily those who disbelieved are equals upon them, whether you warned them or you don't warn them, they don't believe.
Indonesia: Sesungguhnya orang-orang yang telah tidak percaya adalah sama saja atas mereka, apakah kamu telah memperingatkan mereka atau kamu tidak memperingatkan mereka, mereka tidak percaya.

Innal ladziina kafaruu

Tafsir Ibnu Katsir: orang ingkar/kafir adalah orang yang menutupi dan menyembunyikan kebenaran.

Yunus 96-97: Innal ladziina haqqot ‘alaihim kalimatu robbika laa yukminuuna (Sesungguhnya, orang-orang yang "kata2-Robbmu-telah-pasti-atas-mereka" tidak akan percaya) walau jaa-at hum kullu aayatin hattaa yarowul ‘adzaabal aliim (walau setiap ayat (tanda2 kekuasaanNya) telah datang pada mereka, sampai mereka melihat adzab yg pedih)

Al Baqoroh 145: Wa la-in ataital ladziina uutul kitaaba bi kulli aayatin maa tabi’uu qiblataka (Dan meskipun kepada orang2 yg diberi Kitab kamu membawakan setiap ayatnya, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu (arah sholat))

Larangan Allah untuk memaksa orang untuk mendapatkan petunjuk

Ar Ro’d 40: Fa innamaa ‘alaikal balaghu wa ‘alainal hisaab (Maka tugasmu hanya menyampaikan dan Kami yang menghisab (menghitung amal baik buruk mereka))

Huud 12: Innamaa anta nadziirun walloohu ‘alaa kulli syai-in wakiil (Sesungguhnya, kamu hanya pemberi peringatan dan Allah adalah Wakil atas segala sesuatu)

Sawaa-un 'alaihim

Hadits 'Ali bin Abi Tholhah: dari Ibnu 'Abbas: Rosululloh inginnya semua orang percaya dan ikut petunjuk yg dia dapat dari Allah. Tapi Allah memberi tahu Rosululloh bahwa tidak ada yg akan percaya kecuali mereka yg Dia takdirkan berbahagia, dan tidak ada yg Dia sesatkan kecuali mereka yg Allah takdirkan.


Ayat 7: Khotamallohu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim, wa 'alaa abshoorihim ghi-syaawah, wa lahum 'adzaabun 'adhiim

I'ROB
  • Khotama = he sealed/dia telah menyegel (fi'l ma-dlii = past tense)
  • Allah marfu' (berakhiran "u") sehingga berposisi fa’il (subjek) dari khotama.
  • 'Alaa = upon/atas
  • Qolbun = a heart/sebuah hati → quluubun = bentuk jamaknya/hearts → 'alaa adalah preposisi, maka quluubun majrur menjadi quluubin.
  • Hum adalah mudlof ilaih (pemilik) quluubin, maka quluubin membuang tanwin jadi quluubi dan hum majrur menjadi him.
  • Wa = dan → maka 'alaa sam'ihim adalah maf'ul (objek) kedua setelah 'alaa quluubihim.
  • Sami’a = he heard/dia telah mendengar → sam’un = hearing/pendengaran → asmaa’un = bentuk jamaknya/hearings → 'Alaa adalah preposisi, maka sam’un majrur jadi sam'in → hum adalah mudlof ilaih (pemilik) sam'in, maka sam'in menghapus tanwin jadi sam'i dan hum majrur jadi him.
  • Bashuro = he saw/dia telah melihat → bashorun = an eye/sebuah mata → abshoorun = bentuk jamaknya/eyes → 'alaa adalah preposisi, maka abshoorun majrur jadi abshoorin → hum adalah mudlof ilaih (pemilik) dari abshoorin, maka abshoorin hilang tanwin jadi abshoori dan hum majrur jadi him.
  • Ghisyaawatun = a veil/sebuah penutup → ghisyaawatun adalah mubtadak muakhkhor (mubtadak yg diletakkan setelah khobar) dari khobar 'alaa abshoorihim → tapi ada kemungkinan, 'alaa sam'ihim juga khobar dari ghisyaawatun → dibahas dalam tafsir.
  • La = bagi
  • Hum = mereka
  • 'Adzaabun = A torment → ism naqiroh (indefinite noun)
  • 'Adhiimun = great (besar/agung) → 'adhiimun dan 'adzaabun sama-sama naqiroh, sama-sama marfu' → berarti 'adhiimun adalah na'at (sifat) dari 'adzaabun, sehingga ditambahkan kata "yang" di terjemahannya → 'adzaabun 'adhiimun = A great torment → 'adzaabun 'adhiimun marfu', sehingga 'adzaabun 'adhiimun adalah khobar dari mubtadak lahum, sehingga di terjemahannya ditambahkan kata "adalah"
Khotamalloohu 'alaa quluubihim, wa 'alaa sam'ihim, wa 'alaa abshoorihim ghisyaawatun, wa lahum 'adzaabun 'adhiimun

Inggris: Allah sealed upon their hearts, and upon their hearings and upon their eyes are a veil, and for them is a great torment.

Indonesia: Allah telah menyegel atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan penutup adalah atas penglihatan mereka, dan bagi mereka adalah siksa yang besar

Khotamalloohu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim

Tafsir As-Suddi: Allah telah menyegel.

Atsar Qotadah: Setan mengendalikan mereka karena mereka menaati setan, sehingga Allah mengunci mati hati, pendengaran, dan penglihatan mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat petunjuk, mendengar, memahami & berpikir.

Bagaimana hati dan pendengaran bisa disegel?

Atsar Ibnu Juraij: dari Mujahid: hati dan pendengaran disegel saat dosa2 berada di hati dan mengelilingi hati dari semua arah. Kalau dosa ketemu hati, pastilah disegel. Tapi noda tidak lebih buruk dari segel, dan kunci-mati lebih buruk lagi.

Atsar Al A’masy: dari Mujahid: Hati itu seperti telapak tangan. Sekali berbuat dosa, dosa itu menutupinya seperti ini (lalu membengkokkan kelingking). Kalau berbuat dosa lagi, spt ini (membengkokkan jari manis), berbuat dosa lagi, seperti ini (membengkokkan jari tengah, dst sampai semua jarinya membengkok ke telapak). Hati mereka itu tersegel seperti ini.

Atsar Qurthubi: penyegelan dan penutupan atas hati orang kafir adalah hukuman atas keingkaran mereka.

An Nisaa’ 155: Bal thoba’allohu 'alaihim bikufri him (Tapi Allah telah mengunci mati atas mereka karena keingkaran mereka)

Hadits Hudhoifah: dari Rosululloh: Tu’ro-dlul fitanu ‘alal quluubi kalha-shiiri ‘uudan ‘uudan (Fitnah-fitnah (cobaan, ujian Allah) menimpa atas hati bagaikan tikar dianyam helai per helai) fa ayyu qolbin usyribahaa nukita fiihi nuktatun saudaa-u (maka hati mana yg menyerapnya, digoreskan padanya titik hitam) wa ayyu qolbin ankaro haa nukita fiihi nuktatun bai-dloo-u (dan hati mana menolaknya, maka digoreskan padanya titik putih) hattaa ta-shiiro ‘alaa qolbaini (sehingga (hati manusia) akan terbagi 2 hati) ‘alaa abya-dlo mitslush shofaa (hati yg putih seperti air jernih) fa laa ta-dlurruhu fitnatan maa daamatis samaawaatu wal ardlu wal aakhoru (maka ia takkan termakan oleh fitnah selama masih ada langit dan bumi) aswadu murbaadun kalkuuzi mujkhiyan (Dan yang satu lagi berwarna hitam kelam seperti tempat minum terbalik) laa ya’rifu ma’ruufan wa laa yunkiru munkaron (tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemunkaran)

Hadits hasan shohih Tirmidzi, Nasa-i, dan Ibnu Majah: dari Abu Huroiroh: dari Rosululloh: Innal mukmina idzaa adznaba dzanbaa kaanat nuktatun saudaa-u fii qolbihi (Sesungguhnya orang mukmin jika ia berbuat dosa, seperti (timbul) noda hitam dalam hatinya) fa in taaba wa naza’a wasta’taba shoqola qolbuhu (maka jika ia bertobat, dan menjauhinya dan menyesal, hatinya menjadi jernih (kembali)) wa in zaada zaadat hattaa ta’luwa qolbahu (Jika dosanya bertambah maka bertambah pula noda itu sehingga memenuhi hatinya) fa dzaalikar roonul ladzii qoolalloohu ta’aalaa (maka itulah Ar-Ron (penutup) yg disebut Allah (dalam surat Al Muthoffifin 14))

Al Muthoffifin 14: Kalla bal roona ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun (Sekali-kali tidak! Tapi apa yg mereka kerjakan telah menutupi atas hati mereka)

Hati itu bisa berubah-ubah (antara percaya dan ingkar)

Hadits shohih Tirmidzi & Ibnu Majah: dari Anas: Rosululloh sering berkata Yaa muqollibal quluub, tsabbit quluubana 'alaa diinika (Wahai Maha Pembolak-balik Hati, buatlah hatiku tetap diatas agamaMu)

Wa 'alaa abshoorihim ghisyawatun

Tafsir Ibnu Katsir: yang ada ghisyawah adalah penglihatan sehingga 'alaa sam'ihim masih klausa dari khotamalloohu → karena segel itu terhadap hati dan pendengaran, dan penutup itu terhadap penglihatan. Jadi artinya: Allah menyegel hati mereka dan pendengaran mereka, dan penutup adalah di penglihatan mereka.

Tafsir As-Suddi: dari Ibnu 'Abbas dan Ibnu Mas'ud: orang kafir tidak faham dan tidak mendengar, mereka menaruh penutup di penglihatan mereka, sehingga mereka tidak melihat.

Tidak ada komentar: