AYAT 51: Wa idz waa'adnaa muusaa arba'iina lailatan tsummat takhodztumul 'ijla min ba'dihii wa antum dhoolimuuna
- Wa = dan
- Idz = when (past tense)
- Wa'ada = he promised/dia telah berjanji --> waa'ada (wazan 3: berupaya) = he made an appointment --> waa'adnaa = we made an appointment (fi'l ma-dlii = past tense)
- Muusaa --> mabni karena proper noun/nama orang, posisinya adalah maf'ul (objek) dari waa'adnaa
- Arbaa'atun = 4 --> arbaa'uuna = 40 --> manshub jadi arba'iina, berarti posisinya adalah maf'ul kedua dari waa'adnaa
- Lailun = a night/satu malam --> lailatun = bentuk jamaknya/nights --> manshub, berarti posisinya adalah tamyiz (penjelas) dari arba'iina
- Tsumma = then/lalu
- Takhodza = he took/dia telah mengambil --> ittakhodza (wazan 8: saling)= he took each other --> ittakhodztum = you-all took each other (fi'l ma-dlii) --> al-'ijla berawalan huruf vokal, maka ittakhodztum jadi ittakhodztumu
- 'Ijlun = a calf/anak sapi --> al-'ijlu = THE calf --> manshub jadi al-'ijla, berarti posisinya sebagai maf'ul dari ittakhodztumu
- Min = from/dari
- Ba'dlun = after/sesudah --> min adalah preposisi, maka ba'dlun majrur jadi ba'dlin
- Hu = him/dia --> hu majrur jadi hi, dan ba'dlin hilang tanwin jadi ba'dli, berarti hi adalah mudlof ilaih dari ba'dli
- Antum = you-all/kalian
- Dholama = he wronged/dia telah dholim --> dhoolima = a wrongdoer/orang dholim --> dhoolimuuna = bentuk jamaknya/wrongdoers --> antum adalah mubtadak, dhoolimuuna adalah khobar (karena dua-duanya harus membentuk kalimat, dan dua-duanya kata benda)
Inggris: And (remember) when *We* made Musa an appointment (for) 40 days, then you-all took THE calf each other from after it, and you-all were wrongdoers.
Indonesia: Dan (ingatlah) saat *Kami* membuat appointment (dengan) Musa (selama) 40 hari, lalu kalian saling mengambil sang anak sapi dari setelahnya, dan kalian adalah orang-orang dholim.
Wa idz waa'adnaa muusaa arba’iina lailatan
Al A'roof 142: Wa waa'adnaa muusaa (dan Kami telah menjanjikan Musa) tsalaa-tsiina lailatan (30 malam) wa atmamnaahaa bi 'asyrin (dan Kami sempurnakannya dengan sepuluh) fa tamma miiqootu robbihii (maka sempurnalah waktu yg ditentukan Tuhannya) arba'iina lailatan (40 malam), wa qoola muusaa li akhiihi haaruunakhlufnii fii qoumii (dan Musa telah berkata kepada brothernya Harun "Lanjutkan/gantikan aku dalam kaumku) wa ashlih wa laa tattabi' sabiilal mufsidiina (dan perbaikilah dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan)
Tafsir Ibn Katsir: Kejadian ini setelah Bani Isroil dibebaskan Allah dari Firaun, dan mereka selamat melintasi laut. Musa berpuasa 30 hari siang dan malam (di bulan Dzulqo'idah), lalu menggosok gigi dengan ranting, lalu Allah menyuruhnya menyempurnakannya, yaitu plus 10 hari lagi (bulan Dzulhijjah), lalu dia kembali ke bukit Thur dengan terburu-buru. Dia meninggalkan adiknya, Harun, bersama Bani Isroil dan memakai kebijaksanaannya dan menjauhi berbuat kerusakan.
Apa yg terjadi saat Nabi Musa di Gunung Sinai?
Al A'roof 145: Wa katabnaa lahuu (dan telah *Kami* tetapkan/tuliskan untuknya (Musa)) fil alwaahi (di dalam lauh-lauh (the Tablets)) kulli syai-in mau'i-dhotan (segala sesuatu (sebagai) pelajaran) wa tafshiilan likulli syai-in (dan penjelasan bagi segala sesuatu). Fa khudzhaa bi quwwatin (maka ambillah dengan kuat (taatilah Taurot)) wakmur qoumaka (dan suruhlah kaummu) yak-khudzuu bi ahsanihaa ((agar) mereka berpegang dengan sebaik-baiknya). Sa-uuriikum daarol faasiqiin (Aku akan memperlihatkan kalian negeri orang2 yg fasik).
Thoohaa 83: Wa maa a'jalaka 'an qoumika yaa muusaa ((Allah berkata) "Dan kenapa kamu lebih cepat daripada kaummu wahai Musa?")
Tafsir Ibn Katsir: Lalu Allah memberitahu Musa bahwa sepeninggal Musa, kaumnya di bawah sana sedang diberi cobaan oleh Allah dengan disesatkan oleh Samiri. Kaumnya mentuhankan anak sapi yang dibuatkan Samiri.
Thoohaa 85: Qoola fa inna (Aku berkata "Maka sesungguhnya *Kami*) qod fatanna qoumaka (sungguh telah menguji kaummu) min ba'dika (dari sesudahmu (sesudah kau tinggalkan)) wa a-dlol-lahumus saamirii (dan Samiri telah menyesatkan mereka)
Tsummat takhodztumul 'ijla ba'dihii
Al A'roof 148: Wat takhodza qoumu muusaa min ba'dihii (dan kaumnya Musa menjadikan dari sesudahnya (selama Musa pergi 40 hari)) min huliyyihim 'ijlan (perhiasan-perhiasan mereka (untuk patung) anak lembu) jasadan lahuu khuwaar ((punya) tubuh dan suara)
Tafsir Ibn Katsir: Setelah ditinggal 40 hari oleh Musa ke Gunung Sinai, kaumnya disesatkan oleh As-Samiri yang membuat patung anak sapi yg terbuat dari perhiasan-perhiasan yang dipinjam dari orang Koptik. Lalu dia melempar segenggam debu jejak kuda yg ditunggangi Malaikat Jibril ke patung itu, lalu patung itu melenguh (patung itu jadi hidup dan bisa melenguh). Atau seperti atsar dari Ibn Abbas. Saat patung melenguh, kaum Musa menari-nari mengelilinginya dan menjadi sesat karena mereka mengagumi patung itu.
Atsar Ibnu Abbas: patung itu tetap perhiasan tapi udara yang masuk patung dari belakang seperti suara melenguh karena keluar dari mulut.
Atsar Al Hasan Al Bashri: Nama patung anak sapi itu adalah Bahmut.
Thoohaa 86: Fa roja'a muusaa ilaa qoumihii (lalu Musa kembali kepada kaumnya) ghodlbaana asifan (secara marah (dan) bersedih), qoolaa yaa qoumi (Dia berkata "Wahai kaumku,) alam ya'idkum robbukum (bukankah Robb kalian menjanjikan kalian) wa'dan hasana (suatu janji yg baik?) A fa thoola 'alaikumul 'ahdu (apakah lalu terlalu lama perjanjian tersebut (40 malam) atas kalian) am arodtum an (atau kalian mau agar) yahilla 'alaikum gho-dlobun min robbikum (kemurkaan dari Robb kalian menimpa atas kalian) fa akhlaftum mau'idii (lalu kalian menyalahi perjanjianku?)
Al A'roof 150: Wa lammaa roja'a muusaa ilaa qoumihii (Dan saat Musa telah kembali kepada kaumnya) ghodlbaana asifan (secara marah (dan) bersedih) qoola biksamaa kholaftumuunii min ba’dii (dia telah berkata "Keburukan apa (saat) kamu menggantikanku sesudahku). A 'ajiltum amro robbikum (Apakah kalian mendahului urusan Robb kalian (yaitu agar Musa cepat kembali, padahal Allah menyuruh Musa 40 hari))?
Tafsir Ibn Katsir: Pilihan kata asifan (bersedih) menunjukkan penekanan betapa marahnya Musa karena sepeninggalnya, mereka mentuhankan anak sapi. Wa'dan hasana (janji yg baik) maksudnya adalah janji Allah untuk kebaikan kepada mereka di dunia dan akhirat serta bantuan dari Allah yg disaksikan sendiri oleh Bani Isroil terhadap Firaun.
Atsar Mujahid: ghodlbaana asifan artinya khawatir.
Atsar Qotadah dan As Suddi: asifan artinya rasa sedih karena apa yang kaumnya Musa telah lakukan
Thoohaa 87: Qooluu maa akhlafna mau’idaka bimalkina (Mereka berkata "Kami tidak menyalahi perjanjianmu dengan kemauan kami) walaakinnaa hummilnaa (tapi kami disuruh membawa) auzaaron min ziinatil qoumi (beban berat dari kaum tersebut (Fir’aun)) fa khodzafnaahaa (lalu kami melemparkannya) fa kadzaalika (lalu demikian pula) alqos saamirii (Samiri melemparkannya)
Tafsir Ibn Katsir: Kemauan sendiri, maksudnya karena tiada kekuatan dan pilihan lain. Itu alasan mereka saja.
Thoohaa 88: Fa akhroja lahum (maka dia (Samiri) keluarkan untuk mereka) 'ijlan jasadan lahuu khowaarun (anak sapi yg bertubuh dan bersuara) fa qooluu (lalu mereka berkata) haadzaa ilaahukum wa ilaahu muusaa (ini adalah sesembahan kalian dan sesembahannya Musa), fanasii (lalu dia telah melupakan)
Tafsir Ibn Katsir: Masalah fanasii, ada 2 pendapat, pendapat pertama: dia yang melupakan adalah Musa (tapi Samiri yg mengucapkan itu), pendapat kedua: dia yang melupakan adalah Samiri (Samiri telah melupakan agama ajaran yg benar).
Patung anak sapi tidak masuk akal untuk disembah
Al A'roof 148: A lam yarou annahu laa yukallimuhum (apakah mereka tidak memperhatikan bahwa dia (patung anak sapi) tidak bicara dengan mereka) wa laa yahdiihim sabiilan (dan dia tidak menunjuki mereka suatu jalan?) ittakhodzuuhu wa kaanuu dhoolimiina (Mereka menjadikannya dan mereka adalah orang-orang dholim)
Thoohaa 89: A fa laa yarouna (maka apakah mereka tidak memperhatikan) allaa yarji'u ilaihim qoulan (bahwa dia (anak sapi) tidak mengembalikan kepada mereka perkataan (tidak bisa menjawab pertanyaan)) wa laa yamliku lahum (dan dia tidak berkuasa kepada mereka) dlorron wa laa naf’an ((untuk memberi) mudlorot dan tidak (pula bisa memberi) manfaat)
Padahal Harun disuruh menggantikan posisi Musa selama 40 hari
Al A'roof 142: Wa qoola muusaa li akhiihi haaruunakh lufnii fii qoumii wa ashlih (dan Musa telah berkata kepada brothernya, Harun, "Gantilah aku dalam kaumku dan perbaikilah") wa laa tattabi' sabiilal mufsidiin (dan kamu jangan mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan)
Tafsir Ibn Katsir: Setelah mereka menyembah anak sapi, Harun sudah memperingatkan mereka, tapi tidak dianggap.
Thoohaa 90: Wa laqod qoola lahum haaruunu min qoblu (dan sungguh Harun telah berkata kepada mereka dari sebelumnya) yaa qoumi innamaa futintum bihii ("Wahai kaumku sesungguhnya kalian telah diberi fitnah (=cobaan) dengannya (dengan anak sapi)). Wa inna robbakumur rohmaanu (dan sesungguhnya Robb kalian adalah Ar Rohmaan) fattabi'uunii (maka ikuti aku) wa athii'uu amrii (dan taatilah perintahku")
Thoohaa 91: Qooluu lan nabroha 'alaihi 'aakifiina (mereka telah berkata "Tidak mau, kami tetap atasnya (menyembah patung sapi) dengan tekun) hattaa yarji’a ilainaa muusaa (sampai Musa kembali kepada kami)
Musa marah besar kepada Harun
Tafsir Ibn Katsir: Melihat ini, Musa sampai menjatuhkan Tablet Tauratnya dari tangannya, lalu menarik kepala dan jenggot Harun dan marah, menyalahkan Harun.
Al A'roof 150: Wa alqol alwaaha (dan dia telah melemparkan lauh-lauh (Tablets)) wa akhodza bi roksi akhiihi (dan dia telah mengambil kepala saudaranya) yajurruhuu ilaihi (dia telah menariknya kepadanya (menarik jenggot Harun ke arahnya karena Musa takut Harun tidak benar-benar mencoba melarang mereka))
Thoohaa 92: Qoola yaa haaruunu maa mana'aka (Dia telah berkata "Wahai Harun apa yang menghalangimu) idz ro-aitahum dlolluu (saat kamu melihat mereka tersesat?")
Thoohaa 93: Allaa tattabi’an (bahwa (sampai2) kamu tidak mengikutiku)? A fa'ashoita amrii (apakah kamu telah mendurhakai perintahku (kepercayaanku)?)
Hadits Ibn Abi Hatim: dari Ibn 'Abbas: dari Rosululloh: Yarhamulloohu muusaa (Allah merahmati Musa) laisal mu'aayinu kalmukhbiri (dia yang melihat tidak sama dengan dia yang diberitahu) akhbarohu robbuhu 'azza wa jalla anna qoumahu futinuu ba'dahu (Robbnya yang Paling Mulia dan Terhormat memberitahunya bahwa kaumnya diuji setelahnya) fa lam yalqol alwaaha fa lammaa roohum wa'aayanahum alqol alwaah (lalu dia tidak melempar lauh-lauh tersebut, lalu saat dia melihat mereka dengan matanya dia melempar lauh-lauh tersebut)
Harun meredam kemarahan Musa
Tafsir Ibn Katsir: Harun mencoba meredam kemarahan Musa dengan berkata "Wahai anak ibuku", karena ibu sebagai simbol kelembutan, meskipun mereka satu ayah juga.
Thoohaa 94: Qoola yabna umma (Dia telah berkata "Wahai anak ibuku,) laa tak-khudz bi lihyatii wa laa bi roksii (jangan kamu mengambil jenggotku dan jangan kepalaku). Innii kho-syiitu (sesungguhnya aku khawatir) an taquula farroqta baina banii isroo-iila (bahwa kamu akan berkata 'Kamu telah memecah belah diantara Bani Isroil) wa lam tarqub qoulii (dan kamu tidak menjaga perkataanku')
Al A'roof 150: Qoolabna umma (dia telah berkata, "Anak ibuku,) innal qoumas tadl'afuunii (sesungguhnya kaum tersebut menjadikan aku lemah) wa kaaduu yaqtuluunanii (dan mereka hampir membunuhku). Fa laa tusymit biyal a'daa-a (maka kamu jangan menjadikan musuh-musuh bergembira terhadapku) walaa taj'alnii ma'al qoumidh dhoolimiin (dan jangan kamu menjadikan aku bersama (selevel, seolah aku adalah mereka) dengan kaum orang-orang dholim)
Tafsir Ibn Katsir: Harun tidak berani meninggalkan kaumnya untuk melapor kepada Musa karena kalau Nabi Harun melakukan itu, beliau akan dituduh meninggalkan Bani Isroil dan memecah belah dan tidak mengemban amanat untuk menggantikan Musa untuk sementara.
Atsar Ibnu Abbas: Harun menghormati dan menurut kepada Musa. Harun mengingatkan Musa untuk tidak menarik jenggotnya seolah-olah Harun bagian dari mereka yg bersalah. Akhirnya Musa pun beristighfar, mohon ampun atas emosinya.
Al A'roof 151: Qoola robbighfir lii wa li-akhii (Dia berkata "Robbku, ampunilah aku dan saudaraku) wa adkhilnaa fii rohmatika (dan masukkan kami dalam rahmatMu) wa anta arhamur roohimiin (dan Engkau adalah Maha Pemberi rahmat dari semua pemberi rahmat)
Musa marah besar kepada Samiri
Thoohaa 95: Qoola famaa khothbuka yaa saamirii? (Dia berkata "Lalu apa maksudmu wahai Samiri?")
Thoohaa 96: Qoola ba-shurtu bimaa lam yabshuruu bihii (Dia berkata aku melihat apa yg tak mereka lihat dengannya (melihat Jibril menghancurkan Fir'aun)) fa qobadl-tu qobdlotan min a-tsarir rosuuli (lalu aku menggenggam segenggam dari jejak rosul (jejak kuda Jibril)) fa nabadztuhaa (lalu aku melemparkannya (bersamaan dengan orang2 melempar perhiasan)) wa kadzaalika sawwalat lii nafsii (dan demikianlah nafsuku membujuk kepadaku (aku merasa benar))
Thoohaa 97: Qoola fadzhab (Dia berkata "Maka pergilah kamu,) fa inna laka fil hayaati (maka sesungguhnya (hukuman) bagimu dalam kehidupan ini (karena Samiri tidak berhak mengambil dan menyentuh jejak rosul)) an taquula laa masaas (adalah bahwa kamu berkata "Jangan menyentuhku!" (dikucilkan oleh Allah)). Wa inna laka mau’idan lan tukhlafahu (Dan sesungguhnya bagimu adalah perjanjian (hukuman yg dijanjikan Allah, berupa masuk neraka) yang kamu tidak menyalahinya (yg tak bisa kauhindari)) wandhur ilaa ilaahikal ladzii dholta ‘alaihi ‘aaqifa (dan lihat kepada sesembahanmu (patung anak sapi) yang kamu tetap bertekun atasnya). La nuharriqonnahu (sungguh kami akan bakar dia) tsumma lanansifannahuu (lalu sungguh kami akan hamburkan dia (abunya)) fil yammi nasfan (kedalam laut (secara) berhamburan (berserakan))
Atsar Muhammad bin Ishaq: dari Ibnu Abbas: As-Samiri berasal dari kaum Bajarma yang menyembah sapi. Dia dalam hati masih suka menyembah sapi tapi dia pura-pura berserah mengikuti Bani Isroil menyembah Allah dan ganti nama menjadi Musa bin Dhoffar.
Atsar Qotadah: As Samiri berasal dari desa Samarro.
Setelah marahnya reda, Musa mengambil lagi Taurotnya
Al A'roof 154: Wa lammaa sakata 'an muusal gho-dlobu (dan saat amarahnya Musa telah reda) akhodzal alwaaha (dia mengambil lauh-lauh tersebut) wa fii nuskhotihaa hudan wa rohmatun lil ladziina hum li robbihim yarhabuuna (dan di alam tulisannya adalah petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Robb mereka)
Tafsir Ibn Katsir: Bahkan tablet Taurot yg dijatuhkan itu pecah berkeping-keping, lalu Musa mengumpulkan pecahan2nya, tapi detail dari syariah Taurot sudah hilang. Pecahan2 Taurot itu disimpan oleh raja2 Israel sampai datangnya agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar