Rabu, 07 Juli 2010

Al Baqoroh ayat 62

AYAT 62: Innal ladziina aamanuu wal ladziina haaduu wan nashooroo wash shoobi-iina man aamana billaahi wal yaumil aakhiri wa 'amila shoolihan fa lahum ajruhum 'inda robbihim, wa laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuuna
  • Inna = sesungguhnya → berarti alladziina aamanuu adalah ism inna
  • Alladziina = those who/yang → berarti kalimat setelahnya akan dikatabendakan, yaitu aamanuu
  • Amina = he felt secure/dia telah mempercayakan → aamana (wazan 4: causative) = he believed/dia telah percaya → aamanuu = they believed/mereka telah percaya
  • Wa = dan
  • Alladziina = those who/yang → berarti kalimat setelahnya akan dikatabendakan, yaitu haaduu
  • Haada = he became Jews/dia telah menjadi Yahudi → haaduu = they became Jews/mereka telah menjadi Yahudi
  • Nashoro = he helped/dia telah menolong → nashrooniyyan = a Christian/seorang Nasrani → nashooroo = Christians (bentuk jamak) → an-nashooroo = THE Christians (jamak definit)
  • As-shoobi-uuna = THE Sabians
  • Man = who/yang (ism maushul/relative pronoun)
  • Aamana (wazan 4 dari amina) = he believed/dia telah percaya
  • Bi = with/dengan → bi adalah preposisi, maka Allah majrur jadi Allaahi
  • Yaumun = a day/suatu hari → al-yaumu = THE day → bi adalah preposisi, maka al-yaumu majrur jadi al-yaumi
  • Al-aakhiru = the last/yang terakhir → sama-sama majrur (berakhiran "i" jadi al-aakhiri), definit (berawalan "al"), maskulin, dan singular seperti al-yaumi, berarti al-aakhiru adalah na'at (sifat) dari al-yaumi
  • 'Amila = he did/dia telah melakukan
  • Sholaha = he were righteous/dia telah saleh → shoolihan = righteous deeds
  • Fa = then/maka
  • La = for/bagi
  • Hum = them/mereka
  • Ajrun = a reward/sebuah ganjaran → ajrun hilang tanwin jadi ajru, berarti hum adalah mudlof ilaih dari ajru → lahum adalah mubtadak, ajruhum adalah khobar, sehingga di terjemahannya ditambahkan "adalah"
  • 'Inda = with/di sisi
  • Robbun = lord → 'inda adalah preposisi, maka robbun majrur jadi robbin → robbin hilang tanwin jadi robbi, dan hum majrur jadi him, berarti him adalah mudlof ilaih dari robbi
  • Laa = laa nafiyah (negasi)
  • Khoofa = he feared/dia telah takut → khoufun = a fear/sebuah ketakutan
  • 'Alaa = upon/atas → 'alaa adalah preposisi, maka hum majrur jadi him'alaa+him = 'alaihim
  • Hum = they/mereka
  • Hazana = he grieved/dia telah bersedih → yahzanuuna = they grieve/mereka bersedih (fi'l mudloorik = kata kerja present tense)
Innal ladziina aamanuu wal ladziina haaduu wan nashooroo wash shoobi-iina man aamana billaahi wal yaumil aakhiri wa 'amila shoolihan fa lahum ajruhum 'inda robbihim, wa laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuuna

Inggris: Verily, those who believed and those who became Jews and Christians and Sabians, he who believed in Allah and the last day and he did good deeds, then for them is their rewards with Allah, and no fear upon them and they don't grieve.
Indonesia: Sesungguhnya, orang-orang yang telah percaya dan orang-orang yang menjadi Yahudi dan Nasrani dan Shobi'in, dia yang percaya kepada Allah dan hari akhir dan berbuat baik maka bagi mereka adalah ganjaran di sisi Robb mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak bersedih.

Tujuan ayat

Tafsir Ibn Katsir: Setelah Allah menjelaskan seperti apa dan apa hukumannya orang-orang yang melanggar perintah dan laranganNya, dan melampaui batas dengan melakukan yang diharamkanNya, Dia menyatakan bahwa bangsa sebelumnya (dan bangsa-bangsa sampai hari kiamat) yang saleh dan taat mendapat ganjaran karena perbuatan baiknya. Maka siapa yang mengikuti nabi dan rosul yang ummii (butahuruf) akan mendapat kebahagiaan abadi dan takkan pernah takut terhadap masa depan dan takkan sedih terhadap masa lalu.

Yunus 62: Alaa inna auliyaa-allaahi (ingatlah sesungguhnya wali (sahabat, orang yang menuruti nasehat) Allah) laa khoufun 'alaihim (tidak ada rasa takut atas mereka) wa laa hum yahzanuun (dan mereka tidak bersedih).

Para malaikat berkata kepada orang beriman saat akan dicabut nyawanya:
Fushshilat 30: Innal ladziina qooluu robbunallaahu (sesungguhnya orang yg berkata "Robb kami adalah Allah") tsummas taqoomuu (lalu mereka konsisten) tatanazzalu 'alaihimul malaa-ikatu (malaikat turun kepada mereka malaikat) an laa takhoofuu wa laa tahzanuu (bahwa "Jangan kalian takut dan jangan kalian bersedih) wa absyiruu bil jannatil latii kuntum tuu'aduuna (dan kalian kabarkanlah berita gembira dengan surga yang kalian dijanjikan)

Innal ladziina aamanuu

Atsar 'Ali bin Abi Tholhah: dari Ibn 'Abbas: ayat ini turun sebelum Allah menurunkan Ali 'Imroon 85:
Ali Imron 85: Wa man yabtaghi ghoirol islaami diinan (dan dia yang mencari selain agama Islam) fa lan yuqbala minhu (maka dia tidak diterima darinya). Wa huwa fil aakhiroti minal khoosiriina (dan dia adalah tergolong orang-orang yang merugi di akhirat).

Tafsir Ibn Katsir: Allah takkan menerima perbuatan apapun dari siapapun kecuali jika sesuai dengan syari'at Muhammad, yaitu setelah Allah mengirim Muhammad. Sebelumnya, setiap orang yang mengikuti petunjuk rosulnya, maka dia berada dalam jalan yang benar, mengikuti petunjuk yang benar, dan terselamatkan.

Wal ladziina haaduu

Tafsir Ibn Katsir: Yahudi adalah pengikut Musa yang berhukum pada Taurot.

Al A'roof 156: Innaa hudnaa ilaika (sesungguhnya kami (Bani Isroil) bertobat kepada-Mu)

Wan Nashooroo

Asal kata nasrani adalah dari kata anshor, artinya penolong:
Ali Imron 52: Fa lamma ahassa 'iisaa minhumul kufro (lalu saat Isa telah menyadari keingkaran dari mereka (Bani Isroil)) qoola man anshoorii ilallaah (dia berkata "Siapa yang menjadi penolongku untuk Allah)? Qoolal hawaariyyuuna nahnu anshoorullaah (orang-orang Hawariyyun (sahabat Isa) berkata "Kamilah penolong Allah"), aamannaa billaahi (kami percaya kepada Allah), wasyhad bi annaa muslimuuna (dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berlapang dada)).

Atsar Qotadah, Ibn Juroij dan Ibn 'Abbas: mereka dipanggil Nashooroo karena mereka tinggal di daerah bernama An-Nashiroh (Nazareth).

Tafsir Ibn Katsir: Saat Allah mengirim Muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir kepada semua keturunan Adam, seluruh manusia diwajibkan percaya kepadanya, menaatinya, dan menjauhi apa yang dilarangnya. Mereka yang melakukannya adalah orang yang percaya.

Wash Shoobi-iina

Atsar Mujahid, Wahb bin Munabbih, Ibn Abi Najih, 'Atho', dan Sa'id bin Jubair: Shobi-in bukan Majusi, Yahudi, Nasrani, dan bukan politheis, tapi mereka tidak punya agama tertentu karena mereka hidup dalam fitrah mereka (insting alam). Itulah kenapa orang musyrik memanggil pemeluk Islam sebagai Shobi-in, artinya mengabaikan semua agama yang ada saat itu.

Atsar Abul Aliyah, Ar Robi’ bin Anas, As Suddi, Jabir bin Zaid, Adh Dhohhak, dan Ishaq bin Rohawaih: Shobi-in adalah kelompok Ahli Kitab yang membaca kitab Psalm (Zabur).

Atsar Abdurrohman bin Mahdi: dari Mu'awiyah bin Abdul Karim: dari Al Hasan Al Bashri: Shobi-in adalah kaum penyembah malaikat.

Atsar Ar Rozi: Shobi-in adalah kaum penyembah bintang karena menurut mereka Allah menjadikan bintang sebagai kiblat untuk ibadah dan doa, Allah menyerahkan pengaturan urusan alam ini kepada bintang.

Tidak ada komentar: